Setelah puas nongkrong sampe jam 1-an, saya pun memutuskan
untuk mengeksplore lebih jauh wilayah di sekitar hostel. Kalau dari awal saya cuma
mondar-mandir di sekitar blok tempat hostel berada, sekarang saya berjalan
sedikit lebih jauh menuju ke blok yang berikutnya. Tidak disangka, 2 blok dari
hostel saya melihat deretan bus kota yang sedang parkir dengan berbagai tujuan.
Lahh itu terminal bus toh?? Kenapa juga saya baru tahu ada terminal bus utama
yang letaknya Cuma 300 meter dari hostel?? Jadi ngeliatin apa saja saya kemarin selama 2 hari mondar-mandir di
sekitar hostel?? *berasa bodoh*
Yasudahlah ya.. Daripada menyesali, saya pun segera beranjak
menuju ke terminal bus ini. FYI. Saya belum memutuskan mau kemana. Saya pun mondar-mandir
di dalam terminal bus yang lebih mirip parkiran ruko ketimbang terminal karena letaknya
di basement. Mungkin karena Brunei
adalah negara kaya sehingga hanya sedikit orang yang menggunakan transportasi
umum. Makanya jangan heran kalau saya tidak ngeh
sama terminal ini ya.. Mata saya pun tertuju pada peta rute bis ini yang
terdiri dari 6 rute. Setelah menyimak peta rute ini, saya pun memutuskan
mencari pantai dengan alasan Brunei adalah negara tepi pantai jadi saya harus
ke pantainya. Hehehe..
Di peta rute bus ini terdapat 2 pantai yang dilalui yaitu
pantai Muara dan pantai Serasa. Sempat berbincang sejenak dengan seorang
penduduk setempat, pantai Muara adalah pantai tempat kapal feri utama dari
Brunei menuju ke daerah atau negara lain seperti Malaysia. Hmm.. secara saya
sudah beberapa kali pernah naik feri, jadi secara teknis sudah terbayang di
otak saya seperti apa rupa pantai Muara ini. Maka saya pun memutuskan untuk
pergi ke Pantai Serasa.
Dengan menggunakan bus Laluan Timur no 37, 38 atau 39, saya
pun menuju ke daerah Pekan Muara lalu dilanjutkan dengan menaiki bus no. 39 menuju ke pantai Serasa. Sebenarnya dari terminal ini ada bus 33 yang langsung
ke pantai Serasa. Namun bus ini bisa muncul 2 atau 3 jam sekali. Jadi daripada
kesorean, saya lebih memilih untuk naik bus 2 kali menuju ke pantai ini. Waktu
sudah menujukkan pukul 14.30 waktu setempat saat itu.
Bus Menuju ke Pekan Muara |
Suasana dalam bus |
Bus di Bandar Sri Begawan ini mirip dengan elf atau
metromini di Jakarta, namun sedikit lebih bagus karena ada pendingin udaranya,
meskipun tidak maksimal. Biayanya? Murah, Cuma 1 Dollar Brunei untuk sekali
jalan. Saya yang akan menuju ke pantai Serasa, meskipun akan berpindah bus,
masih dihitung satu kali rute perjalanan. Jadi sampai di Serasa saya cuma membayar
1 Dollar Brunei, saya dibekali karcis yang akan ditunjukkan atau diberikan di bus ke
2 menuju ke Serasa. Wahh.. asyik euy!
Perjalanan menuju ke Muara Pekan memakan waktu sekitar 40
menit. Sepanjang perjalanan melewati daerah pinggiran sungai, desa dan hutan
kecil. Yahh.. mirip-mirip dengan kota-kota kecil di Indonesia lah ya. Bedanya cuma
suasana jalanannya, sepi amat!!! Bisa foto guling-guling di tengah jalan ini mah. Sayangnya saya ngetrip sendirian, jadi cuma bisa menikmati imajinasi liar itu di
dalam bus. Di Muara Pekan, saya diturunkan di belakang pelabuhan, lalu menunggu
bus ke 2 selama lebih kurang 10 menit. Sambil menunggu bus, saya membeli snack
yang terlihat seperti kue pia ukuran sedang dan minuman dingin untuk
menyegarkan tenggorokan.
Setelah bus datang, saya pun segera naik diikuti oleh 2 orang
ibu-ibu yang sepertinya punya rumah di kawasan sebelum Serasa. Ketika kondektur
bus, mengetahui bahwa hanya saya yang pergi ke pantai Serasa, ia menawarkan
untuk menjemput kembali di pantai 2 jam kemudian, sekitar jam 5 sore, saat rute
bus ini akan berakhir hari ini.
Bus dari Pekan Muara ke pantai Serasa |
Hooh.. ternyata benar yang saya baca di beberapa blog. Bus
biasa menawarkan untuk menjemput kembali karena bila mereka tidak mendapatkan
penumpang menuju ke Pantai Serasa, biasanya mereka tidak akan menuju ke pantai
tersebut. Namun jika ada 1 saja penumpang yang kesana, mereka akan tetap menuju
ke pantai tersebut. Beda yaa sama di Indonesia yang tidak peduli penumpangnya
banyak atau sedikit, kalau supirnya tidak mood ke sana ya dia bisa asal main
menurunkan penumpang di sembarang tempat. Untuk yang satu ini, saya ancungkan 4
jempol deh untuk bus di Brunei.
Begitu sampai dan memastikan bus akan ada disini untuk
menjemput saya jam 5 sore nanti, saya pun segera berjalan menuju ke wilayah
pantai Serasa!! Yeayy!!! Pantai.. !! Senangnya akhinya bisa menapakkan kaki di
sini. Mission Accomplished untuk hari
ini! Saya pun berjalan kesana-kemari sambil memotret pantai yang sepi sekali
ini. Yaiyalah, saya mengunjungi pantai ini hari Selasa, hari kerja, mana ada
orang. Hahahaha.. jadi berasa pantai milik pribadi.
bentuk wilayah pantai Serasa yang memanjang seperti tanjung |
bagian pantai Serasa yang berbatu |
Bagian tengah kawasan pantai Serasa |
Hati-hati buaya!!! |
Ya sudah lah. Nikmati saja apa yang ada di depan mata, tetap
bersyukur bisa mengunjungi pantai ini. Pantai Serasa ini terdiri dari dua sisi,
yang satu bebatuan yang sejalur sama sungai Brunei dan yang satu lagi pantai
berpasir yang sangat halus. Mungkin buaya itu berasal dari muara di pantai
berbatunya, jadi saya mengurungkan niat untuk lebih mengeksplor sisi yang satu
itu, saya pun menuju ke pantai yang berpasir. Disana saya berjumpa dengan 2
orang pemancing dan akhirnya, bisa minta tolong untuk memotret saya di pantai
ini. Hahahaha.. akhirnya punya foto di sini.
akhirnya punya foto juga di pantai Serasa, Brunei.. |
Saat akan berjalan menuju ujung terjauh pantai ini,
tiba-tiba saya mendadak pusing dan sakit perut. Pandangan mata pun mendadak
berkunang-kunang. Alhasil, saya berjalan dan nyaris jatuh pingsan. Untung saya
segera melihat toilet yang berada di dekat pedagang makanan dan minuman. Segera
berlari, meski terseok-seok, menuju ke toilet dan begitu masuk saya pun sukses
muntah di toilet plus buang-buang air. Badan yang mendadak lemas dan keringat
dingin yang mengucur pun membuat saya tahu sedang mengalami apa, gejala
keracunan makanan!!!
Hadeuhh.. makan apa saja tadi pagi hingga siang ya?? Setelah
dirunut-runut, sambil terduduk lemas di pojokan toilet, saya pun curiga sama
kue pia yang saya beli di warung pinggir jalan daerah Pekan Muara. Itu satu-satunya
makanan berat yang masuk ke perut saya hari ini. Sisanya saya hanya minum caffe
latte di café, air putih, jus alpukat dan teh cincau kemasan instan. Lagipula
tadi rasa pia itu memang sedikit aneh, namun karena sedang berada di negara tetangga,
saya selalu berpikir positif kalau memang seperti itu rasa sebuah makanan di
lidah saya, jadi saya habiskan ¾ dari
sekantong kue itu. Hadeuh!!
Saya pun segera meminum air putih di tumbler saya hingga habis lalu keluar sebentar untuk membeli satu
botol air minum lagi lalu masuk dan duduk di pojokan toilet lagi. BTW. Kenapa
saya tahu itu gejala keracunan makanan?? Karena ini bukan kali pertama saya
mengalami gejala seperti ini. Sebelumnya saya pernah nyaris pingsan di kantor
setelah makan di warteg, padahal sebelumnya sering makan disitu juga. Semua
gejalanya sama dengan yang saya alami dulu, pusing, pandangan mata
berkunang-kunang, kabur atau mendadak berbayang-bayang, sakit perut, mual dan
muntah, lemas dan keringatan padahal udara sedang dingin.
Alhamdulillah setelah setengah jam berada di toilet sambil
meminum hampir 1,5 liter air putih, saya
pun berangsur-angsur segar kembali, meskipun masih sedikit lemas karena hampir
semua isi perut telah keluar lewat jalur atas bawah. Ingin membeli makanan di
warung sekitar situ saya pun takut, takut gejalanya makin parah. Akhirnya cuma bisa
membeli jus dan teh untuk pengganti cairan tubuh. Saya pun segera berjalan
dengan sempoyongan menuju ke tempat dimana bus akan menjemput saya. Jarak yang
sebenarnya bisa ditempuh selama 10 menit, menjadi 30 menit karena kondisi yang
masih lemas. Berusaha menguatkan hati dan pikiran untuk tetap bertahan hingga
bus datang nanti. Minimal kalau mau pingsan, harus pingsan dalam bus, jadi bisa
diantar langsung ke rumah sakit. Seperti itu terus sugesti pada diri sendiri.
Begitu sampai, saya hanya bisa terduduk sambil menunggu
kedatangan bus. Begitu melihat bus yang datang, langsung loncat ke dalam bus,
duduk, menyerahkan uang dan menerima karcis, lalu memejamkan mata sejenak. Begitu
membuka mata, saya sudah berada di kawasan Pekan Muara untuk berganti bus
menuju ke Bandar Sri Begawan. Alhamdulillah, badan sudah lebih segar daripada
sebelumnya, saya bahkan sudah bisa berjalan dengan normal.
Melirik warung tempat saya tadi membeli kue, ternyata sudah
tutup. Yasudahlah. Sudah tidak apa-apa ini kok. Begitu bus no. 37 datang, saya
pun segera naik dan pulang menuju ke hostel di Bandar Sri Begawan. Ada perasaan senang dan takut dalam perjalanan
hari ini. Namun, Alhamdulillah semuanya masih lancar, meski sempat nyaris
pingsan di pantai Serasa tadi. Lain kali saya mau kesana lagi ah.. kalau ada
kesempatan mengunjungi Brunei lagi. Belum puas rasanya mengeksplor bagian
pedalaman dan tepian kota di Brunei. (EKW)
Hey mbak.
ReplyDeleteTanya dong, nama hostelnya apa ya? Biayanya berapa ya per malam? Mohon pencerahannya..
Terima kasih
ranselahok.com
Waktu itu saya menginap di KH Soon Resthouse. Harga perkamarnya denga kamar mandi didalam 35 dollar brunei. kalau kamar tanpa kamar mandi di dalamnya (Shared bath room) 30 dollar brunei per malam.
DeleteBukannya itu reaksi alergi yah mba ?
ReplyDeletehampir sama sih.. reaksi alergi karena makanan udah tidak fresh atau kadaluarsa. Soalnya memang waktu itu rasanya sudah rada aneh juga sih. memang salah saya juga sih tidak memperhatikan tanggal kadaluarsanya
DeleteWah ada kawasan buaya ya.. Seru tapi bercampur takut juga nih
ReplyDeletekarena pantai Serasa ini nyambung dengan sungainya jadi banyak buaya muara yang berkeliaran deh.
Delete