Punya latar belakang
keluarga yang berasal dari beberapa suku di Indonesia plus biasa
berpindah-pindah ke beberapa kota, bikin saya (kalau kata teman-teman) punya
banyak kampung halaman. Padahal saya lahir di Pati, Jawa Tengah dan besar di
kota Sorong, Papua Barat. Jadi ya 2 kota itulah kampung halaman saya yang sebenarnya.
Terakhir pulang tahun 2008, tentu saja banyak perubahan yang terjadi di kota kesayangan saya ini. Lalu perubahan apa saja yang menunggu saya di kota yang punya julukan kota Minyak atau Kota Bersama ini??
Makanya, kali ini pulang
harus banget ke Raja Ampat demi menikmati alamnya yang cantik. Biar tidak
diledekin lagi sama tema-teman yang sering bilang “Masa orang Sorong tidak
pernah ke Raja Ampat sih?!” Huh! (EKW)
Sejak tinggal di Jakarta
untuk kuliah dan kerja, saya hanya bisa pulang 2 tahun sekali. You know lah
harga tiket pesawat Jakarta – Sorong awal tahun 2000an itu selangit banget.
Bahkan kayaknya lebih murah tiket pesawat Jakarta – Bangkok deh daripada Jakarta –
Sorong. *Disitu saya merasa sedih*. Ada
penerbangan ke Sorong pun rata-rata butuh transit di kota Makassar, Sulawesi
Selatan selama minimal 3 jam. Ahh pokoknya butuh perjuangan berat untuk bisa
pulang ke Sorong.
Mulai deh hunting tiket di Skyscanner. Kenapa suka pakai Skyscanner? Karena Skyscanner punya fitur Price Alert yang memudahkan saya untuk memantau harga
murah tiket pesawat manapun yang saya inginkan. Kali ini saya mengincar tiket pesawat Garuda Indonesia ke
Sorong. Jadi, setiap ada perubahan harga tiket pesawat, saya akan menerima notifikasi secara realtime pada tanggal dan destinasi lainnya
yang saya inginkan. Tidak perlu booking
fees, hidden charges ataupun biaya tambahan lainnya. Kita bisa
mendapatkan best deal harga tiket
pesawat Garuda setiap saat.
Ternyata, pucuk dicinta ulam tiba. Pesawat Garuda Indonesia baru saja membuka rute langsung Jakarta – Sorong pada tanggal 10 Maret lalu. Alhamdulillah. Penerbangan jauh ke Indonesia timur bisa dinikmati dengan nyaman dengan Garuda Indonesia. Langsung pesan lewat aplikasi Skyscanner.
Ternyata, pucuk dicinta ulam tiba. Pesawat Garuda Indonesia baru saja membuka rute langsung Jakarta – Sorong pada tanggal 10 Maret lalu. Alhamdulillah. Penerbangan jauh ke Indonesia timur bisa dinikmati dengan nyaman dengan Garuda Indonesia. Langsung pesan lewat aplikasi Skyscanner.
Terakhir pulang tahun 2008, tentu saja banyak perubahan yang terjadi di kota kesayangan saya ini. Lalu perubahan apa saja yang menunggu saya di kota yang punya julukan kota Minyak atau Kota Bersama ini??
Megahnya Bandara Domine Eduard Osok
Jaman saya masih SD, awal
tahun 90an, bandara Sorong berada di pulau Jeffman yang butuh 3 jam naik feri
atau 1 jam naik speedboat buat menuju kesana. Tempat dimana sekarang berdiri
Bandara Domine Eduard Osok itu hanya lah landasan pacu berumput yang lebih
sering dipakai buat piknik warga sekitar dan tempat menggembalakan kambing dan
babi daripada buat landing pesawat. Akhirnya
Bandara DEO pun dibangun dan mulai bisa digunakan sekitar tahun 2005.
Tahun 2008 saya pulang,
bandara ini masih bandara kecil yang cuma punya satu pintu masuk dan keluar
plus satu pintu lainnya menuju landasan pesawat. Tempat untuk mengambil bagasi pun cuma sebuah
bolongan di tembok dimana koper diambil satu persatu secara manual oleh setiap
orang. Check in dan boarding pass? Manual juga, ditulis pakai pulpen
saudara-saudara.
Bandara DEO Sorong Picture by Kementerian Perhubungan RI |
Bulan Mei 2016, menteri
perhubungan yang lama, Ignatius Jonan meresmikan bandara DEO yang megah yang
punya 2 lantai dan garbarata!! WOW! 15 tahun saya tinggal di Papua (1983 – 1998)
saya belum pernah lihat garbarata di bandara-bandara Papua euy. Makanya kalau
pulang ke Sorong sudah pasti saya mau keliling bandara DEO cuma buat foto-foto
saja deh.
Sunset di Tembok Berlin
Bukan! Ini bukan tembok
berlin di Jerman sana. Ini tembok yang membatasi wilayah pantai dan jalan raya
kota Sorong. Soalnya tanpa tembok ini, air laut saat pasang bisa menggenangi
jalan. Saya tidak ingat kapan persisnya tembok ini dibangun. Namun saat saya
mulai bersekolah di SMP Negeri 1 Sorong (tahun 1995) yang berjarak hanya 100
meteran dari pantai, tembok ini sudah ada.
Dulu, kelas 1 merupakan
kelas siang. Jadwal sekolah mulai pukul 13.00 hingga 17.00. Setiap pulang sekolah, saya dan teman-teman
pasti bermain dan menghabiskan waktu di sekitar Tembok Berlin. Entah main
sepakbola di pasir pantainya, berenang atau sekedar nongkrong di tembok ini
sampai matahari terbenam. Jadi ceritanya mau nostalgia gitu deh sambil
menikmati pisang epe dan secangkir kopi susu panas di Tembok Berlin sambil
menatap sunset dan siluet pulau Buaya di kejauhan.
Oh ya, Beberapa waktu
lalu seorang teman memberi kabar bahwa dia pernah dinas ke kota Sorong dan
pantai Tembok Berlin ini tidak sesuai omongan saya dulu yang berpasir putih dan
bersih. “Sekarang sudah ramai dengan penjual makanan dan sampah dimana-mana,
ndah. Pantainya jadi kotor dan bau”. Ahh sedih deh dengarnya. Hiks. Hiks. Hiks.
Bikin project bersih-bersih pantai kota Sorong kayaknya bagus nih. Demi kembali
indahnya kota kesayangan saya ini.
Menikmati Alam Raja Ampat
Saya teringat saat
bertemu dengan seorang teman kampus di awal tahun 2010-an, dia langsung
bertanya : “Endah, kamu dulu tinggal di Sorong kan? Pernah ke Raja Ampat? Emang
bagus banget ya? Mahal gak sih?!” dan saya cuma bisa bengong sambil balik nanya
: “Raja Ampat? Sebelah mananya Sorong tuh?”. Alhasil saya diketawain deh. Iyaa.
15 tahun saya tinggal di Sorong saya tidak pernah kemana-mana. Saya cuma pernah
mengunjungi pulau Doom yang jaraknya hanya 20 menit naik speedboat. Raja Ampat
yang butuh waktu 3 jam lebih bahkan butuh jutaan rupiah itu mana pernah. Pulau
terjauh yang saya datangi ya pulau Jeffman itu karena dulu di situlah bandara
Sorong berada.
Oh ya. Waktu itu saya
memang tidak tahu nama Raja Ampat, namun saat teman saya menyebutkan beberapa
nama pulau seperti Waisai, Misool dan Waigeo barulah saya tahu. Karena dari dulu di
Sorong penduduknya biasa langsung menyebut nama masing-masing pulau, bukan nama
wilayah atau kabupatennya. Makanya saya tidak familiar dengan nama Raja Ampat.
Kalau Kali Ampat saya tahu sih. Itu nama sungai di tengah hutan kabupaten
Sorong. Hehehe.
Raja Ampat Picture by Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Pariwisata RI |
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog
yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner. #JelajahNusantaraSkyscanner
Tahun 95 udah SMP? Wah saya masih belum disunat itu, Kak. :p
ReplyDeleteIya sering banget ditanya pernah ke tempat xxx, kita jawab belum pernah tapi pas ditunjukin, ooh itu sih udah. Ternyata beda cara penyebutan.
Yang lebih sering lagi nama makanan :D
Nah iyaa.. tiap daerah atau tempat punya nama lokalnya sendiri. Makanya saya suka ngobrol sama penduduk setempat biar tahu cerita dan nama asli tempat tersebut.
Deletenahh makanan memang sering tuh, betuknya sama tapi beda-beda aja namanya. hehehe
Wah kalo Backpacker ke Sorong boleh kita numpang nginap
ReplyDeleteHihihihi
Jadi mba pulang kampung sama dengan liburan .... Sorong lagi tempat yang jjaaauuuhh
numpang nginap?? wani piroo!! hehehehe..
Deletetp biasanya sy pulang kampung cuma main-main saja kok di rumah dan sekitarnya. jarang explore tempat lain euy..
asikk jalan2 ke papua. Pengen euyy.. tapi budgetnya berapa y kalo dari Palembang?
ReplyDeleteke papua paling mudah harus lewat Jakarta, Surabaya dan Makassar. tinggal di kalkulasi aja total biayanya. Liat skyscanner juga bisa kok, bisa angsung liat multi flight dr palembang menuju ke papua..
DeleteAku malah penasaran sama tembok berlinnya mbak. Kok nggak ada fotonyaa,,,, sengaja ya biar nambahin penasaran?
ReplyDeletehehehe.. iyaa..
Deletenanti saya update fotonya kalau nemu foto yang bagus ya..
Sorong ternyata mendpat julukan kota minyak. Ada juga tembok berlin ala sorong
ReplyDeleteiyaa. makanya kalau dulu saya bilang dari sorong, beberapa teman mengira orangtua saya kerja di kilang minyak. hehehe
DeleteYang kutau kota minyak itu Balikpapan, wah Sorong juga ya :D, btw jangankan ke Sorong dari Jakarta ke Ambon aja harganya selangit huuhuhuhu
ReplyDeleteiyaa.. Sorong merupakan kota kilang minyak terbesar di Papua saat itu.
Deleteiya mbak, Indonesia timur memang harganya suka bikin isi dompet jadi sedih euy.. hehehe
Pulang kampung berasa piknik ya :D
ReplyDeleteiyaa. meskipun sampai di rumah saya lebih banyak molornya daripada kelayapan. hehehe
DeleteDengan adanya Skyscanner membantu banget ya.
ReplyDeleteSorong namanya tempat yang nggak asing, namun belum pernah kesana, penasaran akan wisata disana..he
iyaa skyscanner membantu banget buat ngecek harga.
Deleteyukss mas sekali-kali main ke sorong, seru lhoo
Tempo hari aku ke Sorong harus transit dulu di Makasar. Padahal udah ada rute langsung tapi masih mahal bangettt... pengen lagi deh ke Sorong.. hihiy...
ReplyDeletegak juga sih, mungkin ada beberapa tanggal dimana penerbangan langsung bisa murah. jadi mesti rajin2 ngecek harga deh.
Deleteyuks lah mbak, main ke sorong lagi.
Semoga terwujud berkunjung ke Raja Ampat tahun ini
ReplyDeleteAmin!!
DeleteMakasih mbak :)
Mbak, kampung halaman dirimu yang kedua itu, impian banget bagiku untuk didatangi. Wish me luck ya Mbak..Semoga suatu saat sampai di sana
ReplyDeleteyukss mba evi.. main-main ke kampung halamanku...
Deleteasyik banget lhoo
semoga bisa secepatnya juga main kesana
Sorong indah. Aku belum pernah ke Indonesia bagian timur. Paling mentok sampai Bali saja. Btw, temanku membuat buku ttg Sorong sbg kenang2an pernah kerja disana.
ReplyDeletesorong memang indah sekali. yuks mbak traveling ke Indonesia timur.. keren-keren banget lho..
Deletebtw,buku temannya judulnya apa mbak? ada di toko buku kah??
Next trip sepertinya ke sini. Raja Ampat yang 'mahal' itjuuuh :'(
ReplyDeleteiya kk.. raja ampat itjuuh memang mahal euy.. :'(
Delete