Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan wisata di Jakarta. Disini terdapat beberapa museum yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah Museum Wayang. Saya berkesempatan mengunjungi museum ini beberapa waktu lalu saat menemani teman dari India yang ingin melihat wayang.
Setelah merasa "sedikit" malu sama teman saya dari India karena tidak bisa menjelaskan banyak hal dalam museum ini, maka saya memutuskan kembali mengunjungi museum ini dan mempelajari sedikit sejarah dari museum ini lewat browsing-browsing di beberapa website.
|
Tampak depan Museum Wayang |
Bangunan museum wayang ini dulunya merupakan bangunan gereja tua yang didirikan oleh VOC pada tahun 1640. Saat itu bangunan gereja ini bernama "De Oude Hollandsche Kerk" dan digunakan sebagai tempat peribadatan hingga tahun 1732. Setelah terkena gempa hingga rusak total, bangunan ini kemudian diperbaiki dan dipugar beberapa kali. Bangunan ini pun sempat beralih fungsi beberapa kali seperti gudang penyimpanan (1912), Monumen (1936), Museum Batavia Lama (1937), Museum Jakarta Lama (1957), Museum Jakarta (1960), hingga menjadi Museum Wayang pada tahun 1975.
|
Komputer yang berisi informasi yang bisa diakses dengan mudah |
Wahh.. kalian pasti berpikir pengetahuan sejarah saya meningkat ya.. Sebenarnya di dalam museum disediakan beberapa komputer yang bisa diakses informasinya.
|
Tiket masuk yang murah meriah.. |
Biaya masuk ke museum ini sangat murah sekali, orang dewasa Rp.2.000,- mahasiswa Rp.1.000,- dan anak-anak Rp.600,- . lebih murah daripada segelas es teh manis kan??
|
Lorong lantai 1 yang bersih dan rapi |
Pertama kali masuk museum ini, saya terpesona. Rapi dan bersih sekali tempat ini. Ada lorong kecil menuju ke dalam museum dan di dinding kanan dan kiri terdapat display kaca beberapa wayang golek dengan penokohan wayang dari cerita Mahabarata dan Ramayana. Di tiap display ada beberapa penjelasan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Berhubung saya membawa teman dari India, saya menjelaskannya hanya ala kadarnya karena cerita wayang negara kita sudah jelas diadaptasi dari negara dia. Pastinya dia lebih tahu daripada saya. Hehehe..
|
Avishek dari India sedang mempelajari wayang |
Dia antusias sekali melihat wayang dan menulis beberapa kata yang menurut dia aneh dan saya tidak bisa menjelaskannya dalam bahasa Inggris. Misalnya dalam bahasa Inggris menyebut wayang sebagai Puppet, tapi bagaimana menterjemahkan ke dalam bahasa Inggris jenis-jenis wayang seperti Wayang Golek, Wayang Kulit, dan Wayang Beber? Ada yang tahu? Saya cuma bisa tersenyum simpul sama teman saya satu itu.
Sampai di bagian dalam ada sebuah taman kecil dan 9 buah prasasti yang menampilkan nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gedung ini ketika masih berfungsi sebagai gereja, termasuk yang paling terkenal, Jan Pieterzoon Coen. Kalau membaca kata "pernah", itu artinya makam-makan pajabat Belanda sudah dipindahkan ke negara asalnya kali yaa, karena saya tidak melihat satupun batu nisan disini.
|
Prasasti Jan Pieterzoon Coen |
|
Beberapa prasasti lainnya |
Semakin masuk ke dalam ada tempat pajangan wayang kulit namun dengan penokohan lebih modern yang kalau saya lihat sih menceritakan tentang perang kemerdekaan Indonesia. Sayangnya di tempat ini penerangannya sangat kurang dan tidak ada penjelasannya sama sekali. Bingung deh..
|
Ruangan wayang yang menceritakan sejarah revolusi
saking remang-remangnya, ISO kamera sampai 6400, iris 3,5 dan speed 30 |
|
Salah satu display tentang Revolusi |
Dari sini sebelum naik ke lantai 2, ada sebuah ruangan kecil dimana kita bisa melihat beberapa boneka dari cerita rakyat seperti Si manis jembatan Ancol , si Pitung dan si Jampang.
|
Si manis jembatan ancol |
|
Boneka Si Pitung |
Naik ke lantai dua, kita akan melihat-lihat lebih banyak wayang kulit dibandingkan dengan di lantai 1. Beberapa wayang yang dipajang adalah beberapa tokoh utama kisah Mahabarata dan Ramayana seperti Krisna, Rama, Rahwana, Arjuna dan saudara-saudaranya. Yang deretan ini sih saya tidak perlu menjelaskan ke dia juga dia sudah tahu kok. hehehe..
Namun ada beberapa wayang yang saya agak sedikit bingung menjelaskannya yaitu tokoh punakawan Semar dan kawan-kawannya. Saat itu saya cuma tahu bahwa tokoh wayang ini adalah cerita asli Indonesia. Asalnya darimana? Saya cuma bisa mengangkat bahu tanda tidak tahu. Namun setelah sedikit browsing-browsing, cerita punakawan ini ternyata diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah agar manusia selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
|
Wayang tokoh Punakawan, di dekat pintu keluar |
Punakawan sendiri berasal dari kata Puna (susah/terang) dan Kawan (Teman/Saudara). Arti lengkapnya adalah teman/saudara di kala susah atau teman yang mengajak ke jalan yang terang. Nama para tokohnya juga punya arti, Semar dari kata Samara (bergegas), Nala Gareng dari kata Nala Khairan (memperoleh kebaikan), Petruk dari kata fat Ruk (tinggalkanlah), dan Bagong dari kata Al Ba Gho Ya (perkara buruk). Jadi kalau digabungkan maka para tokoh punakawan ini memiliki arti "bergegaslah memperoleh kebaikan dan tinggalkanlah perkara buruk".
Subhanallah! Ternyata penciptaaan tokoh Punakawan ini punya tujuan yang mulia yaa. Jadi ingat dulu Bapak saya selalu berusaha mencoba menjelaskan beberapa kali tentang cerita Semar dan kawan-kawan namun tidak pernah saya dengarkan. Jadi malu dehh!!
|
Lorong lantai 2 yang juga bersih dan rapi |
Oke, selanjutnya di lantai 2 ada beberapa tempat yang bisa dilihat. Mulai dari wayang tokoh ternama seperti Rama, Rahwana, Bima, dan lainnya, hingga ke bentuk-bentuk dari wayang mulau dari badang, kepala hingga kaki. berbagai model dan bentuk badan wayang ini tercetak di lantai. Sayangnya saya lihat tidak banyak yang terlalu peduli dengan gambar tersebut, padahal itu kan pengetahuan. Lagian kenapa mesti dicetak di lantai sih??? *Gak habis pikir*
|
beberapa contoh bentuk badan wayang |
Disini kita juga bisa melihat beberapa boneka kiriman dari beberapa negara di dunia seperti Perancis, India, Inggris dan Thailand. Boneka ini adalah hadiah dari para duta besar negara sahabat untuk Indonesia.
|
Ruangan berisi boneka dari berbagai negara |
|
Wayang dari Suriname |
|
Boneka dari India |
|
Wayang dari Malaysia |
|
Boneka dari Cina |
|
Boneka dari Perancis |
Berjalan sedikit menuju ruangan lainnya, saya melihat ada lambang dilarang memotret. Namun setelah celingak-celinguk melihat apakah ada penjaganya atau tidak, saya pun tetap melanjutkan kegiatan memotret. hehehe.. *Nakal.com*
|
Dilarang Memotret ?? |
Di ruangan ini kita juga bisa melihat satu ruangan berisi satu set alat gamelan lengkap dan layar untuk pertunjukkan wayang. Ini merupakan setting lengkap ketika pagelaran wayang kulit dipertunjukkan.
|
Set gamelan lengkap |
Di lorong menuju pintu keluar terdapat beberapa jenis topeng dari beberapa daerah misalnya Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Disini bisa dilihat perbedaan corak dan warna dari beberapa daerah di Indonesia. Sayangnya ada beberapa display yang kosong.
|
Beberapa topeng dari bali dan jawa |
|
beberapa display yang kosong |
Dibagian akhir lorong dekat pintu keluar ada toko souvenir kecil yang berkaitan dengan wayang. ada beberapa benda yang dijual mulai dari gantungan kunci berbagai ukuran, kaos, hingga wayang itu sendiri. Harganya juga bervariasi dari Rp.5000 hingga ratusan ribu tergantung jenis barang yang mau dibeli.
|
Toko suvenir di pintu keluar |
Secara pribadi, museum ini sangat recommended untuk didatangi. Tapi kalau kalian datang bersama teman dari luar negeri seperti saya, Sebaiknya pelajari sedikit tentang wayang dan tokohnya. Biar tidak malu-maluin seperti saya.
Lagipula kalau bukan kita yang menghargai budaya kita sendiri, Siapa Lagi??? (EKW)
Comments
Post a Comment