Jalan-jalan ke phuket ini sudah saya rencanakan beberapa
bulan sebelum saya ke Kinabalu, Malaysia. Perjalanan kali ini akan sedikit
berbeda karena saya bersama dengan 3 orang teman.
Berhubung pekerjaan saya adalah jurnalist yang punya waktu
luang yang sangat sedikit, maka sejak sebulan sebelumnya saya sudah membuat
“pengumuman” bahwa saya akan cuti pada tanggal keberangkatan saya.
Sayangnya, sehari sebelum keberangkatan, ternyata saya baru
dapat berita akan ada acara yang harus diliput oleh program yang saya pegang.
Dikarenakan pesawat saya akan berangkat jam 5 sore sedangkan acaranya pagi
hari, maka dengan terpaksa saya harus masuk setengah hari. Kebetulan pula
tempat acara tersebut ada di depan terminal 3 bandara Soekarno Hatta. *Derita
jurnalis yang mau cuti liburan*
|
Program Tanam 1 Milyar Pohon |
Acara yang akan saya liput adalah acara kepresidenan,
Program tanam 1 milyar pohon. Acaranya sendiri sih mulai jam 10 pagi, namun
karena saya dan teman sekantor akan berangkat bareng team dari Kementerian
Kehutanan, kita diharuskan standby di depan Kemenhut jam 05.30 pagi. Padahal saya harus ke kantor terlebih
dahulu untuk mengambil peralatan kamera dan kawan-kawannya. Alhasil saya pun
berangkat ke kantor jam 04.00 pagi dengan tas ransel yang baru saya packing
beberapa jam sebelumnya.
Pagi itu, kepala saya agak sedikit pusing karena malam tadi
saya baru sampai rumah hampir jam 12 malam. Ditambah saya harus packing dan
mempersiapkan semua dokumen, alhasil saya TIDAK BISA TIDUR sama sekali. Bingung
antara menyiapkan barang untuk liburan dan untuk liputan.
Secara hari itu status otak saya sudah disetting buat
liburan, jadinya waktu liputan saya cuek saja pakai sandal gunung+kaos kaki dan
pakai T-shirt dan celana jeans. Padahal namanya acara kepresidenan mah
seharusnya pakai kemeja, celana bahan dan sepatu.
Ternyata, karena acara kepresidenan ini ada di luar ruangan,
jadinya saya diperbolehkan masuk ke dalam tenda tempat acara berlangsung.
Hahaha.. Kalau memang sudah rejekinya harus liputan itu mah memang kostum nomor
kesekian puluh berapaa.. gituu..
|
Sebagian kecil massa undangan |
Suasana di sekitar terminal 3 Bandara Soekarno Hatta ramai
dengan berbagai pengawalan dan massa yang mendapat undangan untuk hadir.
Menurut kabar sih pengawalan presiden kali ini butuh 1300 personil keamanan
belum termasuk undangan. Busyet dahh.. ramai amat nih tempat. Panas, gerah,
ngantuk plus seharusnya saya cuti nih hari bikin tekanan darah saya sedikit
naik. Makanya selama liputan, saat teman saya sibuk mengambil gambar, saya cuma
berdiri di pojokan di dalam tenda, menjaga peralatan yang tidak bisa dibawa
mondar-mandir. Hehehe..
Sekitar pukul 13.00, acara itu pun selesai, berberes-beres
peralatan liputan dan mengantarkan teman saya ke mobil yang akan balik ke kantor. Saya pun segera
berjalan menuju ke Terminal 3. Secara tiket dipegang sama teman saya maka saya cuma
bisa duduk di depan terminal 3 sampai ketiduran. Sekitar pukul 15.00, teman
saya datang.
|
Ruang tunggu internasional di Terminal 3 |
Satu lagi masalah, saya belum tukar rupiah ke Baht. Halah..
saking sibuknya saya sampai lupa lagi hal yang satu ini. Secara kalau tukar di
Bandara biasanya nilai rupiah sedikit jatuh, maka saya pun memutuskan untuk
menukar rupiah ke US dolar karena biasanya US dolar di beberapa Negara asia dihargai lebih tinggi. Saya pun menukar sebanyak 40 USD, sekitar
400rban. Setelah itu kita pun segera
check in dan menunggu waktu keberangkatan pesawat ke Phuket.
Akhirnya, liburan ke Phuket segera dimulai! Secara kita dapat tiket murah dari AirAsia, 300rb one way ke Phuket euy.. Penerbangan kita berlangsung selama lebih kurang 2 jam 45 menit dan sampailah kita di Phuket Internasional Airport (HKT). Begitu keluar dari pesawat, saya terpesona dengan semua papan pengumuman yang memakai bahasa Thailand. Di bawah bahasa Thailandnya sih ada keterangan dalam bahasa Inggris kok.
|
Papan petunjuk dengan bahasa Thai |
Setelah melewati pemeriksaan imigrasi, kita pun segera keluar dari bandara. Waktu setempat sudah menunjukkan pukul 21.00. FYI. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Phuket. Kita berusaha mencari kendaraan menuju ke pantai Patong, tempat hostel kita, yang berjarak sekitar 50 km dari bandara. Tadinya kita ingin naik minibus seharga 150 baht, namun saat itu minibus yang bisa diisi 10 penumpang baru berisi 2 orang. Minibus baru akan jalan kalau penumpang penuh.
Karena takut kelamaan, kita pun memutuskan menggunakan taksi seharga 600 baht, karena kita berempat, maka per orang bayar 150 baht, sama dengan harga minibus. Yasudlah, kita pun segera berangkat menuju ke Patong.
|
Loket Taksi |
|
Thai Oriental Inn di depan klinik Patong Smile |
Sekitar pukul 09.00 sampailah kita di depan hostel "Thai Oriental Inn". Di depan hostel ini ada klinik "Patong Dental Smile". Kita pun masuk melewati jalanan di samping klinik dan disambut dengan kesunyian di dalam hostel tersebut. Sesuai dengan petunjuk di sebuah stiker, kita langsung menuju ke lantai 2 dan menekan bel untuk memanggil resepsionisnya. Namun sampai lebih dari 10 kali kita menekan bel, namun tidak ada yang datang ataupun keluar dari dalam ruangan resepsionis. Lha.. ini mana ya resepsionisnya? Padahal kan kita sudah booking dan bayar DP pula.
|
Jalanan masuk di samping klinik |
Kita sempat duduk-duduk di tangga selama lebih dari 30 menit. Hadoh ini orang niat tidak sih bisnis hostelnya?? Karena tidak ada yang keluar, akhirnya Ipeh pun menelepon nomor telepon yang tercantum di depan pintu resepsionis. setelah bolak-balik menelepon dengan bahasa mandarin, akhirnya ada seorang cewek yang datang dan menerima kita dan sekitar 15 menit kemudian pemiliknya.
|
Thai Oriental Inn |
Masalah berikutnya muncul, surat booking kita adalah untuk kamar dorm, kamar ala backpacker yang berisi 6 tempat tidur. Sedangkan berdasarkan perbincangan antara resepsionis dan pemiliknya, kamar dorm ini sudah sebulan yang lalu ditiadakan. *Kita sudah bookingnya lebih dari 2 bulan yang lalu*
Saya, Ipeh, dan Felika cuma bisa lirik-lirikan dan bergosip pakai bahasa Indonesia sedangkan mereka berunding dan berdebat pakai bahasa Mandarin. Untungnya, saat itu hostel sedang sepi jadi melihat kita berempat, maka pemiliknya pun memberikan kita 2 kamar privat, tanpa tambahan biaya!
Horeee!!! Dapat upgrade kamar gratis. Saya, Felika dan Ipeh di satu kamar, sedangkan Dimas karena dia cowok maka dia menempati kamar yang satunya lagi. Untungnya lagi nih, di kamar yang kita masuki selain ada ranjang double, ada satu ranjang satu tambahan lagi. Jadinya kita tidak perlu berdesak-desakan di satu ranjang.
|
Kamar privat |
Setelah bersusah-susah mulai dari sebelum keberangkatan sampai di hostel tempat kita menginap, akhirnya bisa bersenang-senang juga di kamar hostel privat seharga 100rb. Hehehe.. Jadi mari kita istirahat untuk perjalanan esok hari.
Untuk perjalanan menelusuri sejarah di kota Phuket, bisa dibaca DISINI. (EKW)
Comments
Post a Comment