Setelah berjibaku mencari transportasi umum menuju ke candi
ini, akhirnya saya pun berdiri dengan hati berbunga-bunga di depan pintu masuk
areal candi ini. Candi Muara Takus ini terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar,
Kabupaten Kampar, Riau. Jaraknya dari kota Pekanbaru sekitar 135 km. Candi ini
terletak di dekat sungai Kampar Kanan.
|
Kompleks Candi Muara Takus |
Masuk ke areal ini secara resmi sih tidak dikenakan biaya.
Namun setelah mengisi buku tamu, si Ibu penjaga menyodorkan sebuah kotak dan
berkata: "Mbak, Silakan memberikan sumbangan seikhlasnya". Hmm..
secara saya melihat seiklas kawasan candi ini sangat bersih, maka selembar uang
pun saya taruh dalam kotak tersebut. :)
|
"Sumbangan seikhlasnya ya Mbak" ;) |
Salah satu alasan saya ingin mengunjungi candi ini adalah
karena candi ini merupakan 1 dari 2 candi yang ada di pulau Sumatera, yang
satunya lagi ada di Jambi. Selain itu perbedaan candi ini dengan candi lain
yang ada di Indonesia adalah karena candi ini terbuat dari batu bata merah.
Jadi sangat berbeda dengan candi di pulau Jawa yang terbuat dari batu yang berwarna
hitam atau abu-abu gelap itu..
|
Kompleks candi dari samping |
Cerita penemuan candi ini terdapat 2 versi. Versi pertama
adalah candi ini ditemukan oleh J.W. Yzerman pada tahun 1889
yang sedang berkelana di hutan Sumatera dan tidak sengaja menemukan lokasi
candi ini. Versi kedua dan paling terkenal adalah candi ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1860 oleh seorang arkeolog bernama Cornet de Groot.
Tapi kalau melihat tahun penemuannya ya si Cornet de Groot yang duluan
menemukannnya dong.
Hal yang menjadi simpang siur hingga saat ini adalah tahun
pendirian atau tahun dibangunnya areal candi ini. Berdasarkan riset, ada
beberapa peneliti yang pernah melakukan penelitian untuk menentukan berapa umur
candi ini dan kapan mulai dibangun.
Tahun 1935-1936 ada seorang arkeolog Jerman bernama FM Schnitger
PhD melakukan penelitian terhadap struktur batu yang menjadi bahan utama
bangunan candi. Penelitian itu menyimpulkan bahwa candi ini dibangun pada abad
ke 11 atau ke 12 masehi. Pendapat tersebut lalu disetujui pula oleh
peneliti lain bernama Dr. Bennet yang meneliti puing-puing keramik
yang ditemukan di sekitar candi ini pada tahun 1973.
|
Senangnya bisa mengunjungi candi ini :) |
Bicara soal keramik, saat saya berkunjung kesana saya tidak
melihat ada ruangan ataupun apapun yang berhubungan dengan keramik di sekitar
kawasan candi ini. Entah dipindahkan ke museum lain di Indonesia, ataupun
dipindahkan ke museum di negara lain. Saya tidak tahu.
Tapi melihat nama para peneliti kenapa semuanya datang dari
luar negeri ya? Peneliti Indonesia kemana nih? Padahal beberapa universitas
kita juga punya jurusan arkeologi kan? Ayo dong diberdaya-gunakan sarjana
arkeologinya..
Meski demikian, satu-satunya hal yang paling disetujui oleh
para ahli tersebut adalah candi Muara Takus merupakan peninggalan dari kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan Budha yang berkembang di
Sumatera dan mencapai puncak kejayaan sekitar abad ke 7 dan 8 masehi.
Secara astronomi Candi Muara Takus terletak pada garis
khatulistiwa koordinat 0°21 LU dan 100°39 BT. Berdasarkan hasil pengukuran
dan penelitian tersebut J.W. Yzerman dengan dibantu IR. Delprat pada
tahun 1889 diketahui Areal candi ini seluas 1,25 km persegi dan
dikelilingi tembok batu seluas 74m x74m. Luas situs Candi Muara Takus dalam
batas pagar batu keliling adalah 5476 m².
Komplek candi Muara Takus ini terdiri dari 4 bangunan.
1. Candi Tua
|
Deskripsi candi Tua |
Ini merupakan bangunan utama yang berukuran 32,80 m x 21,80 m. candi ini juga sering disebut sebagai candi Sulung oleh penduduk setempat. Bangunan candi ini merupakan candi terbesar yang ada di areal kompleks candi Muara Takus. Meskipun besar, candi ini tidak memiliki ruang kosong didalamnya. Tinggi candi ini mencapai 8,50 meter
|
Candi Tua |
2. Candi Mahligai
|
Deskripsi candi Mahligai |
Bangunan candi mudah dikenali karena bentuknya yang tinggi menjulang hingga 14 meter dan diantara candi lainnya, candi Mahligai adalah yang terlihat paling utuh. Candi ini berukuran 10,44 m x 10,60 m. Konon candi ini digunakan untuk ritual prosesi pemujaan.
|
Candi Mahligai |
3. Candi Bungsu
|
Deskripsi Candi Bungsu |
Candi ini sekilas mirip dengan candi Tuo namun ukurannya lebih kecil, 7,50 m x 16,28 m. Tinggi candi ini sekitar 6,20 meter. Yang membedakan candi ini dengan candi Tuo adalah stupanya yang berbentuk segi empat.
|
Candi Bungsu |
4. Candi Palangka
|
Deskripsi Candi Palangka |
Candi ini merupakan candi terkecil, ukurannya 5,85 m x 6,60 m dengan ketinggian 1,45 m. Konon bangunan ini digunakan sebagai altar untuk persembahan.
|
Candi Palangka |
Candi Muara Takus ini pernah mengalami pemugaran pada akhir tahun 80-an hingga awal 90-an. Setelahnya tidak pernah lagi ada pemugaran atau pun penelitian di candi ini. mungkin karena letaknya yang jauh dari pusat kota kali ya.
Salah satu hal yang bikin saya sedikit kesal adalah beberapa vandalism alias corat-coret di dinding candi. Menulisnya juga bukan pakai cat, bolpen atau tip-ex tapi sepertinya pakai kunci atau benda tajam karena tulisannya berupa ukiran.
|
Vandalisme di candi Muara Takus |
Parah banget nih para pengunjungnya nih. Memang tidak cukup dengan foto-foto ya? Sampai perlu mengukir nama di bangunan candi seperti itu. Kalau ketemu orangnya rasanya ingin dijitak saja tuh orang. Dasar perusak!
Jadi, ingatlah perkataan Bung Karno : "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri" (EKW)
Teringat pelajaran di sekolah kalo denger nama Muara Takus. Candinya bgus, apalagi yg mahligai.. Keep blogging Trims. :)
ReplyDeleteklo saya jadi banyak belajar sejarah justru setelah sering traveling.. tapi candi ini memang bagus sih.. sayang saya tidak bisa berlama2 disini karena dalam radius 10km lebih tidak ada penginapan.. ada sih warung.. hehehe..
Deletedi sumut juga ada mbak, namanya candi padang lawas ... di sumbar namanya candi padang laweh, hampir mirip hihihi...
ReplyDeleteohh.. ada juga ya..
Deletewah bakal jadi wishlist traveling berikutnya nih..
makasih banyak infonya ya.. :D
candinya bagus yaah, beberapa bentuk bangunannya bener2 beda sama Candi-candi yang pernah aku kunjungi di daerah jawa :)
ReplyDelete*saya agaknya candi hunter juga soalnya kak* hihihihihi
tapi jauh banget yah dari kota pekan barunya? mau info transportasinya dong kak,
jaraknya sekitar 3 - 4 jam perjalanan
Deletesebenarnya transportasi perjalanan ke candi ini sudah saya tulis di artikel sebelumnya..
http://muslimtravelergirl.blogspot.com/2013/05/jalan-jalan-ke-pekanbaru-pertama.html
singkatnya dari Pekanbaru naik travel ke Simpangan Batu Basurat 25rb. lalu disambung dengan numpang mobil bak terbuka menuju ke Candi. (angkutan umum ke candi ini sangat jarang sekali, lebih banyak mobil bak terbuka yg lewat ya hitchiking saja deh.. soalnya gratis.. hehehe.. )
ada kok angkutan umum yg melewati candi ini yakni superben (minibus) warna putih jurusan Pekanbaru-Muara Takus-Tanjung pp.
DeleteDulu saya sering baca tentang candi ini di buku2x sejarah sejak SD, baru kali ini lihat langsung foto2xnya yang berwarna :) Terima kasih ya, sangat informatif....
ReplyDeleteBTW, buat vandalisme ini juga hal yang sering membuat saya prihatin sepertinya kesadaran menjaga alam dan benda2x cagar budaya belum banyak dipahami, sayang sekali.
Dulu saya juga suka baca tentang berbagai candi di Indonesia dari buku sejarah SD, namun berhubung dulu saya tinggal di Papua, jadinya cuma bisa membayangkan saja..
DeleteMakanya setelah gede dan bisa jalan2 sendiri, candi dan museum jadi prioritas utama dan ternyata.. Kekayaan sejarah Indonesia itu kerennnn.. pakai bangeetsss!! Hehehe..
soal vandalisme ini memang sering saya temui, bahkan di candi sekelas prambanan dan borubudur sekalipun.. kayaknya generasi sekarang mesti diajarin soal cara menjaga benda cagar budaya deh, bukan cuma mengunjungi saja.. *prihatin*