Binatang merupakan salah satu objek foto yang saya sukai terutama ketika memotretnya di habitat aslinya. Kepuasaan mendapatkan satu frame ekspresi binatang di alam liar itu bikin kegagalan ratusan bahkan mungkin ribuan frame yang jelek pun terlupakan. Itu sebabnya sering kali kalau ada tawaran traveling ke sebuah tempat yang merupakan tempat konservasi alam atau taman nasional biasanya saya langsung mengiyakan.
|
Rambut island animal conservation for birds and lizards |
Namun dengan maraknya trip-trip ke tempat konservasi alam ataupun taman nasional, hasrat saya untuk bisa mometret binatang di habitat aslinya sedikit banyak terusik. Alasannya beberapa atau malahan kebanyakan peserta trip ini tidak memahami peraturan tidak tertulis yang harus diterapkan ketika menjejakkan kaki di tempat tersebut.
Pengalaman paling mengesalkan adalah sewaktu berkunjung ke pulau Rambut untuk kedua kalinya. Disini saya bermaksud memotret biawak. Secara lensa kamera saya bukan lensa tele, tapi lensa standar 18-135mm, mau tidak mau, kalau mau memotret hewan ini saya harus lebih mendekat ke biawak yang sedang berpose manis di balik pohon. Saya pun berjalan secara perlahan-lahan menuju biawak tersebut sambil berusaha meminimalisir suara berisik dari dedaunan kering yang saya injak.
|
Biawak at Rambut island |
Disaat saya sudah berusaha untuk tetap tenang dan berjalan secara sangat perlahan-lahan sekali, *pokoknya keong kalah deh lambatnya.. hehehe..*, tiba-tiba dibelakang saya terdengar bunyi langkah kaki yang sungguh sangat berisik ditambah dengan pertanyaan "Ada biawak ya? mana.. mana? gw juga mo foto biawak donk?"
Melihat hewan buruan saya tiba-tiba berlari pergi menjauh, saya langsung diam membatu. 10 detik kemudian saya menoleh ke sang pemilik suara. Sumpah ya! kalau saat itu saya tidak ingat kalau kamera yang saya pegang itu mahal banget dan belum lunas pula cicilannya.. *saat itu ya.. sekarang mah sudah lunas.. hehehe* rasanya tuh anak pengen saya jitak pake kamera.
Tips and Trik Memotret di Alam
Makanya saya terusik untuk menulis sedikit tips and trik ketika melakukan perjalanan dan memotret binatang di alam liar.
1. DILARANG BERISIK!
Ini peraturan pertama yang paling krusial a.k.a penting. Ingat ya, alam liar itu disukai binatang karena ketenangannya. Jadi kalau kalian berisik, para penghuni yang ada di dekat situ akan segera pergi menjauh. Lagipula ingat juga kalau datang ke alam itu bisa diibaratkan kita bertamu ke rumah orang yang tidak dikenal. Kalau kalian kedatangan tamu yang tidak dikenal yang tiba-tiba datang, bergerombol dan berisik di rumah kalian juga pasti tidak suka kan.. Makanya bersikaplah santun dan jangan berisik ketika berada di alam.
|
Wild Boar = Babi Hutan @ Peucang Island |
|
Monkey and Baby @Peucang Island |
2. DENGARKAN DAN PATUHI RANGER
Kebanyakan peserta tour beranggapan bahwa ranger di sebuah taman nasional seperti tour guide, kita bisa ikut dia kemana-mana lalu bisa memisahkan diri jika penjelasan sudah selesai.. Ehh Hello.. kalian pikir alam liar itu pekarangan rumah kalian yang bebas diexplore?? Bagaimana kalau kalian tiba-tiba ketemu binatang buas yang lagi beristirahat di balik semak?
|
Bersama ranger (berbaju hitam) di Ujung Kulon |
|
Ranger @ Rambut island |
Sebaiknya ketika bertemu dengan ranger, tanyakan sama mereka apa saja yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan di areal tersebut. Kalau bisa tanyakan secara mendetail jam berapa saja hewan liar biasa lewat dan apa yang harus dilakukan ketika tiba-tiba bertemu binatang liar. Jadi rangernya jangan dicuekin ya..
3. SABAR!
Beberapa trip di taman nasional yang pernah saya ikuti, banyak peserta yang suka nanya "kok hewan A tidak ada sih? mana? katanya banyak?" Please ya.. taman nasional atau balai konservasi itu luasnya bukan cuma sebesar lapangan bola voli, lapangan basket, apalagi lapangan tenis meja.. luasnya itu berhektar-hektar woy..
|
Bird near the Muara Angke harbor |
Ranger atau jagawana yang ada disitu sendirian saja selama 24 jam bisa jadi belum tentu melihat kawanan hewan itu setiap hari. Apalagi kita yang sudah bergerombol, berisik plus mendatangi tempat itu cuma beberapa jam atau beberapa menit pula. Jangan harap bakal bisa melihat hewan tersebut. Kalau kita beruntung datangnya pas jam hewan tersebut sedang melintas disitu ya berarti rejeki kalian lah.. Tapi kalau cuma numpang lewat sekilas mah ya sebaiknya tidak usah berharap apa-apa.
Jadi kalau mau memotret atau melihat binatang liar dengan mata kepala sendiri harus mau sabar menunggu. Organisasi besar sekelas WWF, National Geographic atau Animal Planet saja butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa melihat dan mendokumentasikan hewan-hewan tersebut.
4. BEKALI DIRI DENGAN RISET
Memang sih kalian tidak perlu menghapal segala jenis nama binatang yang ada di alam. Tapi setidaknya sebelum berburu foto atau melihat binatang di habitat aslinya, ada baiknya kalau kalian tahu seperti apa kebiasaan hewan tersebut. Misalnya sebelum berangkat, tanya sama mbah google dulu dan ketika sudah sampai di tempat banyak-banyaklah bertanya sama ranger yang ada disana. Dengan begitu kalian tidak hanya dapat pengalaman traveling saja, tapi pengetahuan kalian pun bisa bertambah loh..
5. EXPECT NOTHING!
Yang terakhir ini sebenarnya supaya tidak kecewa. Saya sendiri meski tahu mau ke taman nasional, biasanya cuma berharap bisa melihat satu binatang saja di alam, apapun itu.
|
Welcome to Ujung Kulon national park |
Jadi, buat kalian yang mau ngetrip ke Alam liar, saya mohon dengan sangat untuk memahami peraturan dan kebiasaan yang ada di alam terlebih dahulu ya. Selamat jalan-jalan di alam. (EKW)
Dimana bumi dipijak disitu langit dijinjing...
ReplyDeletebetul.. betul.. betul..
Deleteehh ntar dulu.. yang benar dijunjung apa dijinjing ya?!
*berpikir keras*
wkwkwkwk
Emang susah sih motret binatang itu. Nggak bisa disuruh diem. Wkwkwk
ReplyDeletemakanya mas, diem2 aja kalau mo mtret. siapa tau biawaknya ikutan diem
Delete#lhoo
Menarik tipsnya. Aku suka gemes kalau motret binatang. Mungkin karena nggak tahu gimana caranya sih. Obyeknya bergerak terus, takur mengganggu juga.
ReplyDeletemotret binatang di habitat aslinya memang susah sekali mbak. kebetulan saya pernah belajar sama fotografer WWF dulu di banten jadi sedikit lebih paham cara memotret tanpa mengganggunya..
DeleteWadauuuuuu.... Di Pulau rambut itu mau motret binatang jadi gagal yak hahaha... kaciaaan.. emang sih ya kudu hati2 juga di 'rumah hewan liar' apalagi ambil foto. Eman2 tuh kamera, untung mbaknya sabar haha :D
ReplyDeleteiyaa. sekarang pulau rambut jadi lebih ramai jadi rada lebih susah nyari biawaknya..
Deleteuntung saya lebih sayang kameranya euy.. hehehe..
Suka banget foto burung yang terbang di atas Muara Angke itu kak! Lihat deh bayangan dia sampe memanjang ke bawah gitu. Macam bias matahari ketika akan terbenam dibalik horizon cakrawala /ea/ hehehe.
ReplyDeleteWah saya belum ada rasa ingin memotret binatang nih. Selain karena yang didatangi basanya bukan tempat konservasi hehe.
Terima kasih. Itu fotonya diambil dari atas kapal. Awalnya gak berharap bagus sihh.. Alhamdulillah kalau ada yang suka. hehehe..
DeleteSebenarnya tidak perlu harus di wilayah konservasi kok. bisa mulai belajar dari kebun binatang juga bisa.