Para pembaca yang budiman, judul artikel kali ini tidak ada sangkut pautnya dengan kuliner ya.
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi salah satu pulau di wilayah provinsi Lampung, yaitu pulau Pisang. Pulau pisang masuk dalam wilayah kabupaten hasil pemekaran yaitu Pesisir Barat.
Baca Juga : Sebuah Cerita dari Sepenggal Surga di Pesisir Barat
Di pulau ini, saya berkesempatan untuk tinggal dan mendengarkan cerita dari salah satu penduduk disana. Pak Tuzakki adalah salah satu petani cengkeh di pulau ini, dengan luas kebun setengah hektar, Ia memiliki 400 batang cengkeh berumur antara 5 hingga 10 tahun.
Ia berkisah, tanaman cengkeh di pulau ini mulai dibudidayakan sejak 15 tahun silam. Namun saat itu jumlahnya belum seberapa. Bibit tanaman di pulau ini kemungkinan berasal dari Bengkulu atau Padang "Karena dulu penduduk sini banyak yang berasal dari Padang sepertinya" ujar pak Tuzakki sambil memisahkan tangkai dan cengkeh di halaman belakang kiosnya bersama seorang temannya.
Sore ini pak Tuzakki membawa hampir 2 kilo cengkeh yang berasal dari satu pohon. "Hari ini tidak bisa memetik banyak karena hujan terus dari tadi pagi. Saya hanya sempat panen dari beberapa pohon saja, sudah terlanjur basah kuyup dan kedinginan karena kehujanan ya.. saya pulang saja" sambil tersenyum.
Di pasar Krui, 1 kilogram cengkeh dihargai 135ribu per kilo. "Itu harganya lagi turun, biasanya sih 150rb-an, kadang di atasnya".
Cengkeh tidak hanya diambil bunganya semata. Batang cengkeh pun masih laku dijual seharga 10ribu per kilo. "Murah sih tapi lumayanlah" Sehari-hari, seperti sebagian besar penduduk di pulau ini, pak Tuzakki adalah seorang nelayan. Namun di hari-hari dimana ia tidak bisa melaut karena angin kencang, ia menghabiskan sebagian waktunya untuk memetik cengkeh dari kebunnya.
Sebelum dijual, cengkeh terlebih dahulu dijemur dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari. "Namun kalau hujan terus seperti sekarang ya bisa 10 hari bahkan lebih" ujarnya.
Cengkeh di pulau Pisang ini sering disebut sebagai cengkeh laut di pasar Krui. "Cengkeh di sini lebih bagus hasilnya daripada yang di daratan sana karena tidak ada ulatnya". Hasil cengkeh dari kebunnya di salah satu daerah di kabupaten Pesisir Barat tidak semahal harga cengkeh laut ini. "Di sana saya harus kontrol ulatnya minimal sebulan sekali". Dari hasil cengkeh dan ikan, pak Tuzakki bisa menyekolahkan putrinya hingga ke bangku universitas di ibukota.
Di pulau dengan gugusan pasir putih yang cantik ini, rempah eksotik cengkeh ternyata telah membantu perekonomian sebagian penduduknya. (EKW)
Salah satu kebun cengkeh di pulau Pisang |
Baca Juga : Sebuah Cerita dari Sepenggal Surga di Pesisir Barat
Di pulau ini, saya berkesempatan untuk tinggal dan mendengarkan cerita dari salah satu penduduk disana. Pak Tuzakki adalah salah satu petani cengkeh di pulau ini, dengan luas kebun setengah hektar, Ia memiliki 400 batang cengkeh berumur antara 5 hingga 10 tahun.
Mendengarkan cerita Pak Tuzakki sambil memetik cengkeh |
Sore ini pak Tuzakki membawa hampir 2 kilo cengkeh yang berasal dari satu pohon. "Hari ini tidak bisa memetik banyak karena hujan terus dari tadi pagi. Saya hanya sempat panen dari beberapa pohon saja, sudah terlanjur basah kuyup dan kedinginan karena kehujanan ya.. saya pulang saja" sambil tersenyum.
Di pasar Krui, 1 kilogram cengkeh dihargai 135ribu per kilo. "Itu harganya lagi turun, biasanya sih 150rb-an, kadang di atasnya".
Cengkeh tidak hanya diambil bunganya semata. Batang cengkeh pun masih laku dijual seharga 10ribu per kilo. "Murah sih tapi lumayanlah" Sehari-hari, seperti sebagian besar penduduk di pulau ini, pak Tuzakki adalah seorang nelayan. Namun di hari-hari dimana ia tidak bisa melaut karena angin kencang, ia menghabiskan sebagian waktunya untuk memetik cengkeh dari kebunnya.
Sebelum dijual, cengkeh terlebih dahulu dijemur dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari. "Namun kalau hujan terus seperti sekarang ya bisa 10 hari bahkan lebih" ujarnya.
cengkeh segar dan cengkeh yang sudah dijemur |
Batang cengkeh yang masih memiliki nilai ekonomis untuk dijual |
Di pulau dengan gugusan pasir putih yang cantik ini, rempah eksotik cengkeh ternyata telah membantu perekonomian sebagian penduduknya. (EKW)
Astagaaa, saya kok baru tahu wujudnya cegkeh -_-
ReplyDeletehttp://www.cewealpukat.me/
Astagaaa... Serius mba???
DeleteJadi ingat masa kecil dulu, sering banget metikin cengkeh dan dapat bonus uang dari Bapak :D
ReplyDeleteWahh.. masa kecil yang sangat menyenangkan :D
Deleteaku belum pernah lihat pohonn cengkehh masa :((
ReplyDeleteAstagaa.., serius kaka Mei??
Delete