|
Pinggiran Waterfront |
Salah satu alasan kenapa saya mau mengunjungi Brunei, selain karena dapat tiket promo, karena negara ini terkenal sepi bak kota mati, kalau menurut kata beberapa orang yang pernah kesana. Seperti biasa juga, saya tidak terlalu peduli dengan omongan orang tentang suatu daerah hingga saya benar-benar menjejakkan kaki dan melihat daerah itu dengan mata kepala saya sendiri. Dan, ketika saya benar-benar berada disana, negara ini benar-benar sepi.
|
Mesjid Omar Ali Saefuddin |
|
Salah satu tugu di pinggiran Waterfront |
|
kapal-kapal di salah satu dermaga Kampong Ayer |
|
Salah satu perempatan di tengah kota Bandar Sri Begawan |
Kecewa? Tentu saja tidak!!!
Saya justru suka dengan keadaan seperti ini. Hidup di Jakarta yang penuh dengan hiruk pikuknya, kota Bandar Sri Begawan justru menjadi penawar paling manjur untuk menghilangkan kepenatan akan keramaian kota besar. Bayangkan saja, jumlah orang lebih sedikit daripada jumlah mobil yang terparkir di parkiran
Waterfront atau pinggiran jalan sungai Brunei. Dalam sehari, saya bisa melihat puluhan mobil berseliweran namun hanya belasan orang yang berjalan-jalan di tengah kota. Bahkan saya lebih sering lihat burung beterbangan dari pohon ke pohon daripada orang euy. Hehehe..
|
Pelan-pelan saja.. ;) |
Saya yang terbiasa berjalan cepat pun belajar memperlambat langkah kaki setiap melihat papan tulisan "SLOW DOWN" yang selalu ada di tiap perempatan jalan. Efeknya? Saya bisa menikmati kicauan burung dan kepakan sayap burung bangau yang kadangkala melintasi jalanan kota. Iya, di Bandar Sri Begawan kalian masih bisa melihat burung bangau terbang melintasi kota. Setiap hari setidaknya saya melihat 2 sampai 3 kali burung ini di tengah kota. Saking terpesonanya, saya hanya berdiri termangu di pinggir jalan sambil memandang ke atas dan mengikuti gerakan burung itu terbang menjauh. Padahal kamera terkalung bebas di leher dan genggaman tangan, tinggal mengarahkan saja ke objek fotonya.
Wilayah terramai di Bandar Sri Begawan hanya ada di beberapa tempat saja, Yang pertama, pasar malam Gadong. Setelah 3 hari berjalan nyaris tanpa bertemu orang, selain petugas hostel, cafe dan rumah makan, saya kaget dengan banyaknya orang di pasar kuliner malam paling terkenal di Bandar Sri Begawan ini, Padahal ramainya juga tidak sepadan dengan keramaian di pasar Santa, Jakarta yang, menurut saya, keterlaluan banget ramainya di kala weekend.
|
Masjid Omar Ali Saefuddin di malam hari. |
|
Masjid Jame Asr Hassanil Boliah |
|
Pasar kuliner Gadong |
|
Dermaga Waterfront di malam hari |
Tempat kedua saya melihat agak banyak orang adalah saat mengunjungi
waterfront di dermaga utamanya, Kampong Ayer dan hotel Empire. Di sini saya baru bisa melihat belasan orang lalu lalang setiap 15-30 menit. Tempat ketiga adalah Bandara dan terminal bus utama Bandar Sri Begawan. itu juga tidak terlalu ramai dengan orang, kalau mau disamakan dengan di Indonesia, mungkin keramaian bandaranya mirip dengan Bandara Husein Sastranegara, Bandung, meski tetap kalah ramai, dan terminal busnya mrip dengan terminal bus di pelosok nusantara. Serius! terminal bus di Bandar Sri Begawan masih kalah ramai sama parkiran mall biasa di Jakarta. Hotel Empire, ramai karena lobby dan tamannya terbuka untuk umum, sehingga banyak turis dari luar Brunei tertarik melihat-lihat salah satu hotel termegah dan termahal di Brunei ini.
|
The Empire Hotel |
Namun justru karena sepinya, Brunei menjadi salah satu negara favorit saya untuk berlibur. Benar-benar kalau kesini saya bisa menghabiskan waktu dengan santai dan tenang. Saya bahkan bisa menghabiskan waktu menonton orang (yang sepertinya turis yang nyaris dibohongi sama turis lainnya) yang sedang berdebat dan bahkan nyaris berantem di lobby hostel tempat saya menginap. Hahahahaha.. Dan kalau kata orang Brunei bisa cukup dikunjungi hanya dalam waktu 3 hari??? Saya tidak setuju!! Selama 5 hari disana, masih banyak daerah di Brunei yanng belum saya kunjungi. Mulai dari istana, museum, pantai, Taman nasional, desa wisata, dan lain-lainnya. Hmm. Hunting tiket promo ke Brunei lagi ahh.. (EKW)
Saya penasaran di Brunei ada air terjun atau nggak. Eh harga makanan d sana mahal ya katanya?
ReplyDeleteNah.. betul itu mas mawi, masih banyak sudut Brunei yang masih bisa dijelajahi, termasuk hunting air terjun..
DeleteMakanan sih sama aja dengan singapore, berkisar 2-5 dolar brunei per porsi.. Ehh, itu artinya untuk ukuran indonesia sih mahal ya.. hehehe
Widiiih benar-benar sepi ya. Cocok buat yang honeymoon. *eh :D
ReplyDeleteaihhh.. yang mo honeymoon..
Delete*pacar mana pacar saya??*
Blm pernah ke Brunei sih, tapi kayaknya kalau kesampaian ke sini pengen ke mesjid2nya. Indah sekali sepertinya. Btw, transportasi umum mudah gak di sana soalnya mikir org Brunei kan kaya2 sementara penduduknya dikit, jd logikanya punya mobil sendiri2.
ReplyDeletekalau mesjid Omar ali Saefuddin mah ada di tengah kota, dekat wilayah waterfront.. yang agak jauh mesti naik mobil mesjid Jame Asr,
Deletetransportasi umum sih tersedia di Bandar Sri Begawan, tapi saya kurang paham rutenya karena saya tidak sempat keliling kota dengan bus umumnya..
mungkin lain waktu kesana targetnya keliling kota dengan bus umumnya..
Selalu suka sama waterfront city macam ini, setiap hari bersantai sambil memandang laut :) duh~
ReplyDeleteMas fahmi, ini waterfrontnya sungai lho.. lautnya jauh, hehehehe..
DeleteTapi emang enak sih nongkrong di pinggiran waterfront..