Berkunjung ke suatu daerah untuk pertama kalinya seperti biasanya kuliner lokal selalu menjadi incaran utama. Begitu pula saat mendatangi kota Lubuk Linggau di Sumatera Selatan untuk dinas kantor. Di kota seluas 400an kilometer persegi ini sebenarnya saya mencicipi beberapa makanan, Beberapa teman biasanya menyebut pempek juga merupakan salah satu makanan khas kota ini. Hmm.. Kalau pempek sih di Jakarta juga ada. Masakan khas lainnya ada tidak?!
Pindang |
Tentu saja ada. Saya pun kemudian diperkenalkan dengan hidangan bernama Pindang Rupit. Hmm Seperti apa sih hidangan pindang khas daerah ini? Saya pun dibawa ke rumah makan di Jalan Lintas Tengah Linggau Bengkulu, tepatnya di samping kantor Bupati Lubuk Linggau. "Sebenernya hidangan ini khas daerah Musi Rawas, tapi saat ini daerah Musi Rawas sudah dilebur masuk ke dalam administratif kotamadya Lubuk Linggau" cerita Yosie Lukie Novita, pemilik Warung Nasi Yosi Pindang Rupit.
Cara memasak hidangan ini sebenarnya cukup mudah, hanya butuh waktu 10-15 menit direbus diatas api sedang. Lalu, apa yang membuat hidangan Pindang Rupit ini spesial? "Ikan yang digunakan adalah ikan dari sungai di sekitar Lubuk Linggau, seperti sungai Klini, sungai Rupit, paling jauh dari Jambi" Ujar Yosi.
Bumbu dan bahan Pindang Rupit |
Hmm.. Kesederhanaan dan penggunaan bahan-bahan lokal membuat seporsi pindang rupit dan sepiring nasi hangat terasa segar dan nikmat. Kurang puas rasanya jika tidak menambah satu porsi lagi. *hmm.. ceritanya sih lagi lapar berat. hehehehe.. *
Jadi bagi anda yang berkesempatan melalui kota Lubuk Linggau, Pindang Rupit layak untuk dicoba dan dinikmati sebelum melanjutkan perjalanan. (EKW)
Pindang memang joss dimakan selagi hangat. Kalau sudah dingin malah nggak enak. Itu masih pakai ikan Patin kan?
ReplyDeleteikannya sih bebas, bisa bawal, patin, atau nila, yang penting asalnya dr sungai di sekitar Lubuk Linggau.
Deletetp biasanya patin dan nila sih yang dipakai.. :)