Saya memang cuma numpang transit di Bengkulu. Namun meski sekilas menapakkan kaki disini, saya baru mengetahui bahwa sang proklamator pernah diasingkan disini. *belajar sejarah lagi yuks*
Ir Soekarno atau akrab disapa Bung Karno pernah diasingkan
di Bengkulu pada tahun 1938 hingga 1942. Jejak Sang Proklamator ini masih bisa
terlihat dengan jelas di berbagai sudut kota yang pada masa penjajahan Inggris, disebut sebagai kota Bencoolen.
Langkah awal saya mengetahui keberadaan Bung Karno di Bengkulu adalah lewat Masjid Jamik, di pusat kota Bengkulu. Masjid yang dimanfaatkan warga untuk beribadah dan melakukan kegiatan keagamaan ini merupakan hasil karya arsitektur Bung Karno. Masjid yang berlokasi di Kelurahan Pengantunan ini dibangun pada tahun 1938 serta dirancang bahkan dibangun oleh beliau sendiri. Karena bernilai sejarah tinggi, Masjid Jamik pun dijadikan salah satu cagar budaya di Bengkulu.
Jejak kedua yang saya datangi adalah benteng Marlborough. Di salah satu ruangan di benteng ini diberi papan dengan tulisan "Ruang Interogasi Soekarno". Apa isi di dalam ruangan tersebut? Tak ada. Hanya ruang kosong yang luas. Saya membayangkan interogasi yang mungkin lebih mirip intimidasi oleh beberapa orang terhadap Bung Karno yang dilakukan di ruang tersebut.
Jejak ketiga adalah Rumah Fatmawati. Begitu masuk ke halaman rumah, tak ada seorang pun yang saya
lihat berada di rumah Ibu Fatmawati saat itu, meski pagar dan pintu rumah
panggung itu sudah terbuka. Ibu Fatmawati yang bernama asli Fatimah lahir di
Bengkulu pada 5 Februari 1923 dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah.
Hassan Din sendiri adalah seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Ibu Fatmawati
menikah dengan Bung Karno pada 1 Juni 1943, setelah sebelumnya keduanya bertemu
pada saat pengasingan Bung Karno di daerah Anggut Atas. Disini saya pun tak bisa berlama-lama. Hanya beberapa frame
saya abadikan hanya sekedar untuk pengingat.
Langkah awal saya mengetahui keberadaan Bung Karno di Bengkulu adalah lewat Masjid Jamik, di pusat kota Bengkulu. Masjid yang dimanfaatkan warga untuk beribadah dan melakukan kegiatan keagamaan ini merupakan hasil karya arsitektur Bung Karno. Masjid yang berlokasi di Kelurahan Pengantunan ini dibangun pada tahun 1938 serta dirancang bahkan dibangun oleh beliau sendiri. Karena bernilai sejarah tinggi, Masjid Jamik pun dijadikan salah satu cagar budaya di Bengkulu.
Jejak kedua yang saya datangi adalah benteng Marlborough. Di salah satu ruangan di benteng ini diberi papan dengan tulisan "Ruang Interogasi Soekarno". Apa isi di dalam ruangan tersebut? Tak ada. Hanya ruang kosong yang luas. Saya membayangkan interogasi yang mungkin lebih mirip intimidasi oleh beberapa orang terhadap Bung Karno yang dilakukan di ruang tersebut.
Jejak ke empat adalah Rumah Pengasingan Ir. Soekarno yang berada di Kelurahan Anggut, Kecamatan Ratu Samban, itu adalah rumah
yang pernah ditempatinya pada pada masa pengasingan sepanjang tahun 1938-1942. Bung Karno menjejakkan kaki di
Bengkulu pada 14 Februari 1938.
Rumah pengasingan yang ditempati Bung Karno sekeluarga
adalah milik pedagang keturunan Tionghoa, Tjang Tjeng Kwat. Dahulu, Bengkulu
dipilih sebagai lokasi pengasingan Bung Karno karena aksesnya yang sulit dan
terpencil. Namun, kini seiring perkembangan kota, rumah pengasingan itu persis
berada di jantung Kota Bengkulu.
Sayangnya karena waktu singgah yang benar-benar terbatas,
saya tidak sempat memasuki rumah tersebut. Hanya bisa mengambil beberapa gambar
dari luar pagar sambil berujar dalam hati “saya akan kembali kesini untuk
menelusuri kembali jejak sang proklamator” (EKW)
Eh bencoolen ini bukan di singapore yaaa ???
ReplyDeletebukan kk..
Deleteini nama lain Bengkulu di jaman penjajahan inggris dulu..
trus..
saya belum pernah main ke bencoolen yang di singapore, jadi gak tau deh..
hehehe..
artikel yang sangat bermanfaat, terimakasih informasinya..
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir ke blog saya :)
Delete