Entah berapa folder foto yang saat ini saya miliki pasti hampir semuanya berisi foto berwarna jingga dari turun atau terbitnya sang surya. Entah berapa puluh angle yang saya gunakan demi hasil foto sunset dan sunrise yang lain dari biasanya, bukan hanya sekedar bulatan berwarna jingga di batas horison.
Hingga suatu ketika, saya terduduk diam di sudut pantai pulau Air, Kepulauan Seribu. Menggenggam kamera di pangkauan sambil menatap mentari yang perlahan turun ke peraduan. Saya benar-benar tidak mempedulikan teriakan teman-teman saya saat itu yang berkata "Endah, foto! Sunsetnya lagi keren tuh". Entah mengapa, Saat itu saya sedang berada di titik jenuh. Saya tak mau lagi merekam gambar lewat mata kamera. Saya hanya ingin merekam warna sang senja kali ini lewat mata dan hati saya.
Ahh, apa sih yang mungkin terjadi jika kali ini saya tidak mengambil gambar sunset ini?? Toh warnanya sama, angle bisa dicari di lain hari dan tempat, bukan?! Pikirku. Saya pun teringat ucapan seorang kawan fotografer kala bertugas di Bumi Serambi Mekah, Aceh. "Semua hal sedapat mungkin segera difoto, meski hanya 1 frame, siapa yang tahu besok dia sudah tidak ada". Hmm, dunia ini memang tidak ada yang abadi. Jika esok mentari tak ada lagi, demikian pula dengan seluruh dunia ini, atas kehendak-Nya!
Namun satu hal tiba-tiba melintas di kepala. "Endah, kamu yakin tidak ingin ada satu saja frame gambar sunset atau sunrise di pulau ini? Untuk sekedar mengenang kembali? Apalagi memorimu adalah memori jangka pendek yang susah digali kembali?"
Dengan memikirkan semua kemungkinan itu, akhirnya tangan saya pun bergerak mengangkat kamera untuk merekam sedikit warna sang senja. Klik! Klik! Klik! Saya pun tersenyum menikmati pergantian hangat ke dingin yang secara perlahan mulai membelai wajah. (EKW)
Ahh, apa sih yang mungkin terjadi jika kali ini saya tidak mengambil gambar sunset ini?? Toh warnanya sama, angle bisa dicari di lain hari dan tempat, bukan?! Pikirku. Saya pun teringat ucapan seorang kawan fotografer kala bertugas di Bumi Serambi Mekah, Aceh. "Semua hal sedapat mungkin segera difoto, meski hanya 1 frame, siapa yang tahu besok dia sudah tidak ada". Hmm, dunia ini memang tidak ada yang abadi. Jika esok mentari tak ada lagi, demikian pula dengan seluruh dunia ini, atas kehendak-Nya!
Namun satu hal tiba-tiba melintas di kepala. "Endah, kamu yakin tidak ingin ada satu saja frame gambar sunset atau sunrise di pulau ini? Untuk sekedar mengenang kembali? Apalagi memorimu adalah memori jangka pendek yang susah digali kembali?"
Dengan memikirkan semua kemungkinan itu, akhirnya tangan saya pun bergerak mengangkat kamera untuk merekam sedikit warna sang senja. Klik! Klik! Klik! Saya pun tersenyum menikmati pergantian hangat ke dingin yang secara perlahan mulai membelai wajah. (EKW)
Kak .. kalo lagi jenuh berarti piknik nya kurang jauh gagaga #laluDigampar
ReplyDeleteiyaaaa.. piknikku emang kurang jauh maz cumi...
Delete*trus nangis di pojokan*