Ajakan-ajakan kemping di pulau kembali berdatangan. Kali ini
di pulau Air. Sayangnya 2 minggu sebelumnya saya juga sudah berkunjung ke pulau
Air sehingga saya pun menolak untuk ikut. Namun mengamati pembicaraan beberapa
teman yang akan kesana, saya mulai khawatir, list logisitik terutama peralatan
masak kelewat sedikit, dengan 10 orang, mereka cuma bawa 1 kompor mini dan dan
1 tabung gas hi-cook. Meski saya sudah ingatkan beberapa kali untuk membawa
ekstra, ketua regunya masih ngasih berbagai alasan kalau peralatan segitu
cukup.
Akhirnya di malam hari sembari tetap menyimak obrolan di
grup whatsapp, saya memutuskan untuk ikut tanpa memberitahukan mereka dengan
berbekal 1 kompor mini dan 2 gas hi cook plus peralatan makan dan beberapa
sendok. Kebetulan beberapa bulan terakhir, setiap 2 minggu sekali saya selalu
pergi ke pulau, entah sebagai peserta atau bawa orang untuk tour ke pulau
seribu sehingga saya tahu betul dimana biasanya mereka berkumpul. Dan sudah
dipastikan, mereka semua kaget pas melihat kedatangan saya di meeting point
Muara Angke. *sepertinya saya jago nih jadi penyelusup ala mata-mata* Hehehehe.
Ternyata kemping di pulau Air terpaksa dipindahkan ke
pulau Semak Daun karena satu dan lain hal *sebenarnya sih saya lupa alasannya*
hehehehehe. Yasudlah. Berangkat saja lah. Toh saya juga belum pernah ke Semak
Daun. Malah bersyukur tempat kempingnya dipindahkan ke pulau lain.
Ketika tiba di pulau Harapan untuk transit, ternyata ada
team lain yang juga teman se grup juga akan kemping di Semak Daun. Yeahh!!
Ramean!! Maka berangkatlah 2 kapal menuju ke Semak Daun. Semak Daun adalah
salah satu pulau tak berpenghuni yang berada di kawasan kabupaten Kepulauan
Seribu dan memiliki akses sumur air bersih dan toilet. Di siang hari, ada
beberapa penduduk pulau lain yang berjualan makanan ringan dan kelapa muda
disini. Itu sebabnya pulau ini sering dijadikan tempat kemping bagi para
pelancong di Jakarta.
Sesampai di dermaga pulau Semak Daun, air laut jernih dan
pasir putih sudah menunggu. Aihh.. kalau tidak ingat mesti bongkar barang dan
nyari lapak buat ngecamp, mungkin saya sudah nyebur duluan disana. “Sabar,
ndah.. Sabar.. kan disini sampai besok” pikirku. Usai mendapatkan spot untuk membuat tenda maka saya dan team
pun segera membuat tenda. Teman yang berada di kelompok lain pun membuat tenda
tak jauh dari kami. Biar lebih enak kalau mau jarah makanan tetangga. Hohohoho.
Bagi tugas! Yang cewe siapin makanan dan yang cowo
mendirikan tenda. Ketika mulai memasak, para cewe pun menyalakan satu kompor
untuk segera memasak indomie goreng. Saat mereka hendak memasak air untuk
membuat teh, mereka pun grasak-grusuk mencari kompor lain. Pas nanya ketua
regu, mereka pun kecewa pas tahu cuma bawa 1 kompor. Saya cuma bisa nyeletuk “Saya
bilang juga apa, satu kompor mana cukup keleusss!” rada nyolot sambil membuka
tas. “Ini nih alasannya kenapa saya mendadak ikut” ujar saya sambil menyodorkan
kompor dan tabung gas mini. Dan mereka pun bersorak-sorai gembira. Saya cuma bisa
geleng-geleng kepala sambil ngelus dada Ryan Reynolds. #ehhh
Setelah memberikan kompor dan gasnya kepada team masak, saya
pun membantu mendirikan tenda. Usai 2 tenda berdiri, saya pun mulai mengeluarkan
isi logistik lainnya dari beberapa tas. Di belakang saya beberapa cowo lagi
grasak-grusuk membangun tenda terakhir yang memang lebih besar.
“Tempat framenya mana nih tenda?! Kok gak ada?!”
“Coba cari yang benar, masa gak ada tempat framenya”
“Tendanya beda kali ya?!”
“Iya nih, tenda ini
beda sama yang dua itu”
“Oh iya ya. Beda nih bentuknya”
“cara mendirikan tendanya gimana dong?!”
“saya gak tahu nih kalau yang model ini”
Begitulah pembicaraan cowo-cowo di belakang saya yang terdengar saat saya sedang mengeluarkan
barang-barang logistik lainnya. Pas saya nengok ke arah itu para lelaki, saya
hanya bisa bengong beberapa saat melihat apa yang mereka pegang lalu tertawa
ngakak sejadi-jadinya. Yaiyalah mereka tidak bisa menemukan tempat frame untuk
mendirikan tenda. Wong yang mereka pegang itu COVER tenda, bukan tenda
utamanya. Bwahahahaha.. *ngakak guling-guling*
FYI. Tenda ini merek
Lafuma (bukan iklan!) yang punya cover besar hingga menutupi keseluruhan tenda
plus ada terasnya dikit. 2 tenda yang lain kebetulan bukan jenis tenda yang
punya cover besar. Ehh cover itu punya tempat frame sih, tapi cuma satu di
bagian depan untuk terasnya.
Puas ngakak, saya pun berkata, “Hadeuuh kalian ini, itu mah
cover tenda, yaiyalah kagak bakal bisa berdiri tuh tenda. Harus tenda utamanya
dulu berdiri baru tuh cover nutupin diatasnya. Tendanya itu warna putih woy”.
Dan seorang teman pun langsung menjawab, “Kagak ada tenda putih, ndah, adanya
terpal abu-abu tuh!” sambil menunjuk lipatan terpal berwarna abu-abu di sampingnya.
Saya cuma bisa garuk-garuk kepala sesion kedua sambil
bilang, “Coba buka tuh lipatan terpal” dan dia pun beranjak membuka
lipatan terpal tersebut selebar-lebarnya dan jreng..jreng.. “Tuh putih kan!”
saya jadi nyolot. “Alas tenda bawah memang biasanya warna biru dongker atau abu-abu dan
cara melipatnya memang seperti itu biar tenda tidak kotor kena tanah” saya kasih penjelasan panjang lebar lalu kembali
membantu mereka mendirikan tenda dan mereka cuma ber “ohhh, begitu toh” secara
serempak sambil ada yang nyeletuk, “kirain terpal biru itu yang covernya”.
Yeah! Terserah deh apa kata kalian.
Baru beristirahat sejenak, tiba-tiba team masak memanggil “Endah,
kompormu bocor ya?!”. “Nggak kok, itu kan baru dibeli 3-4 bulan lalu, lagipula
semalam udah saya coba baik-baik saja kok” saya menjelaskan tanpa beranjak dari
tempat duduk di depan tenda. “Ini gas
nya keluar-keluar nih dari kompornya” teriak salah satu dari mereka lagi. Saya jadi
mikir, apa karena tertindih barang lain di dalam daypack saya jadi ada bagian
yang bergeser dan bocor ya? Pikirku. Biasanya kompor mini ini memang rawan
bocor di bagian sambungan gas dan kompor. Akhirnya saya pun beranjak menuju ke
tempat masak.
“Coba nyalain gasnya, bagian mana yang bocor?!”. Salah
saeorang dari mereka pun membuka kran gas tanpa menyalakan api dan langsung
menunjuk bagian kompor dimana gas mengalir keluar sambil bilang “Tuuh.. bocor
kan kompornya”. Dan, kali ini saya kembali bengong lalu ketawa ngakak
sejadi-jadinya sesi kedua. Alasannya, karena bagian kompor yang terlihat gas
keluar dan disebut bocor adalah BURNERnya. Bwahahahaha.
Sepertinya mereka
bingung melihat saya ketawa lalu mematikan kran gasnya. Setelah puas tertawa
lalu saya menyalakan keran gasnya kembali lalu menekan tombol pemantik api di
kompor untuk menyalakan burnernya sambil menjelaskan “Emang dari situ gasnya
harus keluar, karena itu tempat buat menyalakan api. Kalau gak dari situ,
apinya mau nyala darimana?” *Hadeuh!!. Garuk-garuk kepala sesion ke tiga* “Lagipula
kompor ini kan sama dengan yang pertama, tadi nyalainnya bagaimana yang pertama?!”
saya masih heran tapi masih pengen ketawa. “Ohh itu tadi sudah langsung
dinyalain dan ditaruh nesting buat masak sama si ketua regu” kata mereka. “kirain
begitu gas dinyalakan kompornya nyala sendiri macam kompor gas di rumah”. Ohh
terus kalau apinya gak nyala otomatis kompornya bocor gitu?! Yeah! Terserah kalian
deh sesi berikutnya.
Ahh ada-ada saja cerita kemping kali ini. Saya cuma bisa
senyum-senyum sendiri mengingatnya sambil menikmati dan memotret sunset yang
cantik di pulau Semak Daun ini. (EKW)
udah lama banget kami ngga camping sekeluarga :). Semoga summer ini bisa :)
ReplyDeleteAmin!! semoga bisa segera kemping.
Deleteditunggu ceritanya ya mba.. :)
Eh aku juga pernah kemping di semak daun juga, tp makan nya catering jd simple ngak masak2
ReplyDeleteaihh.. enaknyooo..
Deletekapan2 akooh diajak kemping dong mas cumi..
*ngikik
ReplyDeleteitu emang mereka yg minim pengalaman ato sok tau sih XD
entahlah.. saya juga bingung..
Delete*garuk-garuk kepala*