Hari itu saya sedang radang tenggorokan dan flu berat, namun tugas negara (begitu saya sering menyebutnya) a.k.a liputan luar kota yang datang berbarengan membuat saya harus tetap berangkat dengan kondisi sakit seperti itu karena tidak ada pengganti. Maklum, keterbatasan orang membuat semua Video Journalist (VJ) dan bahkan beberapa produser akhirnya harus turun ke lapangan untuk liputan. Meski sedang sakit, namun saya tetap bersemangat karena narasumber yang akan saya temui bergerak di bidang yang saya sukai yaitu Seni dan Budaya.
Keberangkatan ke Pontianak ini ternyata harus dimulai dengan huru-hara telat check-in! Karena kepala dan badan yang luar biasa meriang dan terasa remuk redam, saya salah lihat jam. Saya pikir saya sedang berangkat ke Bandara pukul 03.30 pagi sehingga saya berpikir masih banyak waktu untuk penerbangan pukul 06.15. Ternyata, saya berangkat pukul 04.30 dan baru sampai di bandara 05.50, tepat 25 menit sebelum boarding. *FYI, selama di dalam damri menuju ke Bandara saya tertidur dan baru sadar kesalahan melihat jam begitu bangun dan melihat jam*. Akibatnya saya ditolak check in karena sudah tutup 5 menit yang lalu. Huah! *nangis di depan counter check in*.
Dengan muka memelas dan pucat, *pucat karena emang lagi sakit kan* saya meminta bisakah saya untuk boarding dengan alasan saya sedang tugas liputan dan harus berangkat hari ini juga. Petugas check in masih tetap kekeuh menolak permintaan saya. Yasudlah. Pasrah! saya memberikan tas kamera ke team leader yang sudah check in terlebih dahulu dan berkata : "Ini sudah saya setting automatis, tolong ambil gambar secepatnya dan sedapatnya, nanti saya cari tiket buat nyusul".
Untungnya ini tiket Garuda, saya berpikir bisa minta digeser ke waktu lainnya dengan harapan tanpa tambahan biaya, kalaupun ada ya sedikit lah. Termyata, jadwal penerbangan ke Pontianak cuma sehari sekali, jadi kalaupun bisa digeser ya berarti saya baru besok ke Pontianak. Huah! *nangis lagi depan counter Garuda*. Soalnya liputan saya cuma 2 hari di Pontianak, hari ini dan keesokan harinya pulang dengan jadwal terbang malam hari.
Mungkin melihat saya yang kecil, pucat, lemah lunglai dengan barang bawaan tas kamera dan tripod, mojok sendirian sambil bengong dengan mata berkaca-kaca, seorang petugas check in pun menghampiri saya sambil menghubungi seseorang. "Mbak, tunggu sebentar ya, saya coba hubungi pilotnya apakah bisa terima 1 orang untuk boarding karena anda wartawan dengan tugas mendesak" Saya hanya mengangguk tanpa berharap, mengingat saat itu sudah 15 menit menuju boarding pesawat Garuda yang merupakan maskapai paling sering on time ketimbang maskapai lainnya di Indonesia. Tohh, ini juga murni kesalahan saya kok. Petugas itu pun berlalu sambil tetap menelpon entah pilot entah siapapun itu dan menghilang dari pandangan mata saya.
Melirik jam di belakang counter check ini, tepat 06.05 petugas itu kembali muncul dan berjalan dengan cepat ke arah saya. "Mbak, bisa boarding sekarang! Ini form boardingnya, tidak bisa masuk barang bagasi karena sudah tutup jadi barang di taruh di kabin saja atau nanti menghubungi pramugari untuk penempatan barangnya Mbak ya. Sekarang segera ke pintu ini, karena hampir semua penumpang sudah memasuki pesawat. Kalau bisa lari ya, mbak!".
Alhamdulillah. Saya menerima boarding pass dengan mata kembali berkaca-kaca yang kali ini karena gembira dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang kali kepada petugas tersebut, semoga selalu diberi berkah dan rejeki yang berlimpah dari Allah SWT atas bantuannya kepada saya hari ini. Terima kasih pak petugas counter check in Garuda yang saya bahkan tidak tahu namanya itu.
Dengan sedikit tenaga dari adrenaline yang muncul karena senang, saya langsung berlari menaiki tangga, melewati 2 tempat pengecekan keamanan, dan langsung menuju ke pintu yang dimaksud. Yahh. kalian tahulah bandara Soekarno-Hatta, counter check in di lantai 1 dan pintu boarding di lantai 2 yang jaraknya cukup jauh itu sambil menggeret-geret tas tripod itu lumayan bikin sesak napas apalagi dalam kondisi tidak fit seperti saya. Huft!
Begitu sampai di pintu boarding pesawat, saya melihat tinggal 10 orang lagi yang sedang memasuki pesawat termasuk team leader yang berdiri paling belakang. Melihat dia, saya langsung mencolek sambil mengatur napas yang megap-megap abis lari-lari di dalam terminal bandara. Begitu melihat saya yang sedang kehabisan napas dia cuma bisa berseru "Astaga, Endah!. untung kamu bisa check in! kok bisa?! Trus itu kenapa tripod tidak dimasukin ke bagasi?" ujarnya dengan wajah lega sambil melihat jam tangannya. "Ntar aja dalam pesawat saya ceritanya" sambil mengatur napas yang masih terengah-engah ini.
Ahh. Huru-hara amat tugas negara kali ini, meski lelah fisik dan mental, saya senang dan terus berucap syukur atas kemudahan hari ini. Dan saya pun kembali tertidur pulas di dalam pesawat hingga tiba di bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya. (EKW)
Keberangkatan ke Pontianak ini ternyata harus dimulai dengan huru-hara telat check-in! Karena kepala dan badan yang luar biasa meriang dan terasa remuk redam, saya salah lihat jam. Saya pikir saya sedang berangkat ke Bandara pukul 03.30 pagi sehingga saya berpikir masih banyak waktu untuk penerbangan pukul 06.15. Ternyata, saya berangkat pukul 04.30 dan baru sampai di bandara 05.50, tepat 25 menit sebelum boarding. *FYI, selama di dalam damri menuju ke Bandara saya tertidur dan baru sadar kesalahan melihat jam begitu bangun dan melihat jam*. Akibatnya saya ditolak check in karena sudah tutup 5 menit yang lalu. Huah! *nangis di depan counter check in*.
Dengan muka memelas dan pucat, *pucat karena emang lagi sakit kan* saya meminta bisakah saya untuk boarding dengan alasan saya sedang tugas liputan dan harus berangkat hari ini juga. Petugas check in masih tetap kekeuh menolak permintaan saya. Yasudlah. Pasrah! saya memberikan tas kamera ke team leader yang sudah check in terlebih dahulu dan berkata : "Ini sudah saya setting automatis, tolong ambil gambar secepatnya dan sedapatnya, nanti saya cari tiket buat nyusul".
Untungnya ini tiket Garuda, saya berpikir bisa minta digeser ke waktu lainnya dengan harapan tanpa tambahan biaya, kalaupun ada ya sedikit lah. Termyata, jadwal penerbangan ke Pontianak cuma sehari sekali, jadi kalaupun bisa digeser ya berarti saya baru besok ke Pontianak. Huah! *nangis lagi depan counter Garuda*. Soalnya liputan saya cuma 2 hari di Pontianak, hari ini dan keesokan harinya pulang dengan jadwal terbang malam hari.
Mungkin melihat saya yang kecil, pucat, lemah lunglai dengan barang bawaan tas kamera dan tripod, mojok sendirian sambil bengong dengan mata berkaca-kaca, seorang petugas check in pun menghampiri saya sambil menghubungi seseorang. "Mbak, tunggu sebentar ya, saya coba hubungi pilotnya apakah bisa terima 1 orang untuk boarding karena anda wartawan dengan tugas mendesak" Saya hanya mengangguk tanpa berharap, mengingat saat itu sudah 15 menit menuju boarding pesawat Garuda yang merupakan maskapai paling sering on time ketimbang maskapai lainnya di Indonesia. Tohh, ini juga murni kesalahan saya kok. Petugas itu pun berlalu sambil tetap menelpon entah pilot entah siapapun itu dan menghilang dari pandangan mata saya.
Melirik jam di belakang counter check ini, tepat 06.05 petugas itu kembali muncul dan berjalan dengan cepat ke arah saya. "Mbak, bisa boarding sekarang! Ini form boardingnya, tidak bisa masuk barang bagasi karena sudah tutup jadi barang di taruh di kabin saja atau nanti menghubungi pramugari untuk penempatan barangnya Mbak ya. Sekarang segera ke pintu ini, karena hampir semua penumpang sudah memasuki pesawat. Kalau bisa lari ya, mbak!".
Alhamdulillah. Saya menerima boarding pass dengan mata kembali berkaca-kaca yang kali ini karena gembira dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang kali kepada petugas tersebut, semoga selalu diberi berkah dan rejeki yang berlimpah dari Allah SWT atas bantuannya kepada saya hari ini. Terima kasih pak petugas counter check in Garuda yang saya bahkan tidak tahu namanya itu.
Dengan sedikit tenaga dari adrenaline yang muncul karena senang, saya langsung berlari menaiki tangga, melewati 2 tempat pengecekan keamanan, dan langsung menuju ke pintu yang dimaksud. Yahh. kalian tahulah bandara Soekarno-Hatta, counter check in di lantai 1 dan pintu boarding di lantai 2 yang jaraknya cukup jauh itu sambil menggeret-geret tas tripod itu lumayan bikin sesak napas apalagi dalam kondisi tidak fit seperti saya. Huft!
Begitu sampai di pintu boarding pesawat, saya melihat tinggal 10 orang lagi yang sedang memasuki pesawat termasuk team leader yang berdiri paling belakang. Melihat dia, saya langsung mencolek sambil mengatur napas yang megap-megap abis lari-lari di dalam terminal bandara. Begitu melihat saya yang sedang kehabisan napas dia cuma bisa berseru "Astaga, Endah!. untung kamu bisa check in! kok bisa?! Trus itu kenapa tripod tidak dimasukin ke bagasi?" ujarnya dengan wajah lega sambil melihat jam tangannya. "Ntar aja dalam pesawat saya ceritanya" sambil mengatur napas yang masih terengah-engah ini.
Ahh. Huru-hara amat tugas negara kali ini, meski lelah fisik dan mental, saya senang dan terus berucap syukur atas kemudahan hari ini. Dan saya pun kembali tertidur pulas di dalam pesawat hingga tiba di bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya. (EKW)
wah perjalanan kali ini drama banget ya mba.... *melipir*
ReplyDeletedrama sekali mas.. ampe nangis bombay saya..
Deletewaw..klo aku ngalamin kayak gitu gmana ya :D, sulit membayangkan
ReplyDeletegak usah dibayangkan mas..
Deletepedih banget deh rasanya