Salah satu kawasan taman
nasional yang membuat saya selalu penasaran adalah kawasan Ujung Kulon di
bagian terbarat pulau Jawa. Kawasan taman nasional ini
mempunyai luas sekitar 122.956 Ha,
dimana 443 km²
di antaranya adalah laut, yang terbentang
mulai dari Semenanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudera
Hindia. Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di Indonesia yang sudah
diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada
tahun 1991, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas.
Selain luas, Taman Nasional Ujung Kulon memiliki tiga
ekosistem sekaligus yakni perairan laut, rawa, serta daratan yang membuatnya
memiliki ratusan bahkan ribuan jenis flora dan fauna yang terjaga dengan baik. Itu sebabnya keanekaragaman hayati di Ujung Kulon
ini telah menarik begitu banyak peneliti, baik di dalam maupun dari luar negeri
sejak tahun 1820.
Jenis dan jumlah flora dan fauna di Taman Nasional Ujung Kulon
No.
|
Jenis Potensi
|
Jumlah Jenis
|
1.
|
Flora
|
700 jenis
|
2.
|
Fauna
| |
a. Mamalia
|
35 jenis
| |
b. Primata
|
5 jenis
| |
c. Burung
|
240 jenis
| |
d. Reptilia
|
59 jenis
| |
e. Amphibia
|
22 jenis
| |
f. Insecta
|
72 jenis
| |
g. Pisces
|
142 jenis
| |
h. Terumbu Karang
|
33 jenis
|
Data: www.ujungkulon.org
Saking luasnya, rasanya
tidak mungkin menjangkau semua wilayah taman nasional ini hanya dengan sekali
atau 2 kali datang. Makanya setiap ada kesempatan bertandang mengunjungi taman
nasional ini, saya pasti langsung mengiyakannya. Alhamdulillah saya
berkesempatan 2 kali mengunjungi beberapa pulau di kawasan Ujung Kulon. Salah
satu pulau yang saya datangi adalah Pulau Peucang.
Awalnya, saya tidak
banyak berekspektasi tinggi dengan pulau ini. Saat itu saya cuma mendapat info
bahwa pulau ini berpasir putih, punya tempat snorkling yang bagus tidak jauh
dari pantai dan merupakan bagian kecil dari kawasan taman nasional Ujung Kulon.
Saat kapal yang membawa
kami merapat di dermaga pulau Peucang, kami mendapat info tambahan larangan
untuk memasak di dalam kawasan pulau. Kegiatan memasak hanya boleh dilakukan di
atas kapal karena terdapat kawanan monyet di pulau ini. Ternyata, banyak hewan
yang menjadi penghuni pulau Peucang yang bebas berkeliaran. Sekawanan rusa,
monyet, beberapa biawak dan babi hutan dan tentu saja puluhan jenis burung
banyak terdapat di pulau seluas kurang lebih 3 hektar ini.
ketika monyet dan babi hutan bertemu di pulau Peucang, Ujung Kulon |
keluarga monyet di hutan pulau Peucang, Ujung Kulon |
kawanan rusa di hutan pulau Peucang, Ujung Kulon |
bertemu biawak di samping homestay pulau peucang, Ujung Kulon |
Tidak hanya hutan hujan tropis yang
menarik, Taman Nasional Ujung Kulon juga memiliki ekosistem laut yang beragam.
Di perairan Taman Nasional Ujung Kulon terdapat beragam spesies ikan seperti
ikan kupu-kupu, badut, godok dan sumpit. Saya berkesempatan melihat beberapa spesies ikan di terumbu karang kecil
di sekitar pulau Peucang.
Tak dinyana, pagi itu
sebuah kejadian sempat membuat heboh. Sekawanan monyet memasuki kamar kami dan
membongkar beberapa kantong berisi makanan. Saya yang pertama kali menemukan
kejadian itu saat kembali ke kamar untuk mengambil peralatan mandi. Entah siapa
yang terakhir kali keluar dari kamar, namun tidak menutup rapat pintu sehingga
kawanan monyet yang mencium bau makanan pun bisa memasuki kamar.
Ekosistem terumbu karang dan berbagai jenis ikannya di sekitar kawasan pulau Peucang, Ujung Kulon Pic. by Ayi Hendriati |
Saat itu saya cuma berdiri
terdiam di teras homestay kami, lalu memanggil beberapa ranger di bangunan
sebelah. Bagaimanapun, ini habitat mereka, ini kawasan mereka, saya tidak mau
gegabah mengusirnya sendirian. Meski banyak kawanan monyet, namun begitu
melihat kehadiran beberapa manusia, termasuk saya dan para ranger, mereka
langsung berhamburan keluar dan kembali memasuki hutan dengan hasil ‘jarahan’nya.
Setelah itu saya dan beberapa ranger cuma bisa tertawa lepas, sedangkan
beberapa teman masih dalam mode panik.
“Mbak, tidak takut?”
tanya seorang ranger kepada saya.
“Asalkan saya tidak
diserang mah tidak masalah kok. Dulu pernah tinggal di Papua jadi sedikit tahu
soal binatang liar. Belakang rumah saya aja ada biawak dan ular kok,
kadang-kadang masuk rumah ya biarin aja,
balikin aja lagi ke habitatnya” Ujar saya lalu kembali ke homestay untuk membersihkan sisa-sisa kerusuhan tadi.
Ahh saya jadi mengingat
kembali ketika tumbuh besar di belantara Papua Barat. Kala itu, rumah yang saya
diami adalah rumah yang pertama berdiri dan berada di kawasan hutan dan rawa
dengan berbagai jenis hewan dan tumbuhannya. Kangkung dan pisang yang sering
saya makan pun itu tumbuh liar di rawa belakang rumah. Ada pula ikan gabus yang
biasa saya pancing di selokan samping rumah atau rawa di belakang rumah. Bahkan
terakhir saya pulang bulan Mei 2018 lalu, saya masih menemukan dan melihat burung
raja udang (king fisher biru) bertengger di pagar belakang rumah saya di kota
Sorong, Papua Barat.
Pulau Peucang memang
kecil. Namun disini saya melihat beragam keanekaragaman hayati dan hewan hidup
berdampingan dengan damai. Para ranger pun bisa tetap santai hidup dengan
puluhan rusa, monyet, biawak, ular dan berbagai hewan lainnya.
“Kalau buat hidup sehari-hari mah hutan itu sudah lebih dari cukup kok buat manusia”. Kata salah satu rangernya. Sayang waktu saya disini tak lama, cuma 2 hari 1 malam. Padahal masih banyak cerita yang tersembunyi di kawasan taman nasional Ujung Kulon yang bisa digali dan bermanfaat buat kehidupan manusia. Di sebuah pulau kecil di Taman Nasional Ujung Kulon ini menjadi salah satu tempat yang layak untuk dikunjungi untuk belajar mengenai keragaman hayati dan pesona alam yang berpadu harmoni di dalam hutan. (EKW)
“Kalau buat hidup sehari-hari mah hutan itu sudah lebih dari cukup kok buat manusia”. Kata salah satu rangernya. Sayang waktu saya disini tak lama, cuma 2 hari 1 malam. Padahal masih banyak cerita yang tersembunyi di kawasan taman nasional Ujung Kulon yang bisa digali dan bermanfaat buat kehidupan manusia. Di sebuah pulau kecil di Taman Nasional Ujung Kulon ini menjadi salah satu tempat yang layak untuk dikunjungi untuk belajar mengenai keragaman hayati dan pesona alam yang berpadu harmoni di dalam hutan. (EKW)
Dulu pernah diajak ke pulau peucang, tapi ternyata waktunya ga cocok. akhirnya gagal berangkat. Sampai sekarang juga masih penasaran dengan pulau peucang.
ReplyDeletepulau peucang bagus banget lho.. harus banget kesini biar gak penasaran mulu...
DeleteOh disana tuh hewannya berkeliaran bebas yah..wah seru juga tuh. Cuma jinak ga tuh? Tar ada yang agresif serem juga.. Hahaha
ReplyDeleteiyaa.. makanya tidak boleh masak di pulaunya. makanan pun harus di taruh di ransel dan diikat rapat.
Deleterusanya sih lumayan jinak, biasa dikasih makan kok sama pengunjungnya. bisa tanya rangernya makanan seperti apa yang boleh diberikan ke rusanya.
Hewan2nya mirip di pulau komodo yaa,, bedanya biawak di pulau komodo berukuran raksasa hihi..
ReplyDeleteSerem euy itu monyetnya sampai masuk2 ke homestay..
-Traveler Paruh Waktu
saya belu pernah ke pulau komodo euy. hiks. hiks.. hiks.
Deletetapi pasti seru kalau bisa main kesana.
Itu monyet masuk ke homestaynya karena teman yang lupa ngunci pintu sih, cuma dirapatin aja. yahh didorong sedikit kebuka deh pintunya.
Dulu saya juga menginap di Pulau Peucang. Tapi yang heboh waktu itu adalah, ada peserta tur yang hampir dikejar babi hutan. Soal kera, kebetulan waktu itu tidak ada masalah. Oh ya, dulu tinggalnya di Papua Barat? Wah, pasti sudah biasa dengan alam ya. Keren tuh Mbak.
ReplyDeletekalau tim saya karena kebanyakan cewe pada takut sama babi hutan, jadi begitu melihat babi langsung pada menyingkir semua.. hehehe..
DeleteMasih asri ya mbak kayaknya.. semoga aja habitat mereka tetep pada sebagaimana semestinya, mungkin di taman nasional ujung kulon ini adalah salah satu tempat yang 'aman' untuk hewan-hewan tersebut :-)
ReplyDeleteiyaa.. makanya ada beberapa lokasi yang tidak diizinkan untuk menginap, cuma boleh dikunjungi beberapa jam saja dengan pengawasan dari ranger dan guidenya..
DeleteMemang ya, monyet itu sensitif banget sama bau makanan
ReplyDeleteiyaa.. itu padahal snack masih tersegel plus dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diikat lho.. mungkin ada remah-remahan di dalam ruang homestay yang tercium kali ya..
DeleteSeru juga maen ke pulau Peucang. Tapi tertarik dengan kehidupannya pas tinggal di Papua Barat. Sepertinya banyak cerita seru
ReplyDeletessudah 2 kali ke pulau Peucang pun saya masih ingin kesana lagi tuh.
Deletecerita seru di Papua Barat sih banyak.. tapi sudah rada-rada lupa karena udah lebih dari 25 tahun kan.
kalau yang ditulis di blog ini sih ada beberapa.. coba aja cari di tag Papua Barat ya.. :)
Hhhmmm... senenegnya ya mbak berkesempatan datang ke Taman Nasional Ujung Kulon ini. Wah jangankan di hutan. di rumah pun aku sering kemasukan ular duluuu sih ada kali 30 ekor. Biawak ada juga. Boleh nih jadi referensi liburan berikutnya ke Ujung Kulon ah!
ReplyDeletewahh rumahnya dimana tuh? bisa gitu kemasukan ular sampai 30 ekor? serem euy.
Deletepulau peucang di ujung kulon ini memang bagus buat belajar dan penelitian tentang alam dan habitat alami para penghuninya.
Kalau disana harus exstra hati-hati ya, Teh. Terutama sama barang yang kita punya. Itu jinak-jinak gak sih, Teh? Kok ngabayangin kira-kira kalau kesitu langsung foto dari deket takut gak yah..hehe
ReplyDeleteMelihat beberapa fotonya kok terlihat banyak yang masih asri ya, Teh tempat disitu.
sebenarnya bukan jinak sih, ada beberapa hewan yang bisa didekati, ada pula yang sebaiknya tidak didekati. kebetulan kamera saya punya lensa sapu jagad jadi bisa ambil foto dari jarak jauh deh. hehehe..
Deletenamanya juga taman nasional, habitat asli alaminya harus tetap dipertahankan. makanya pas masuk hutan pun tidak boleh keluar dari jalur, dan harus ditemani ranger biar aman.
Saya blm kesampaian nih menjejak di ujung kulon. Suka liat ekosistemnya yg msh cukup terjaga
ReplyDeletewahh harus banget mbak, main kesini.
Deletemudah-mudahan ada rezeki dan waktu untuk segera main kesini ya.
Amin!!