Meski berkali-kali berencana ingin ke Lasem, namun pada akhirnya justru yang dadakan itu pasti terlaksana yaa. Dengan niat ingin melihat perayaan Imlek di Lasem, hari itu juga saya langsung minta izin sama Ibu untuk berangkat ke Lasem dengan menggunakan motor. Tujuannya tentu saja ingin menelusuri tiga klenteng di Lasem.
Meski tidak terlalu jauh, Pati - Lasem itu berjarak .sekitar 60 kilometer, dengan menggunakan motor yang kecepatannya tidak melebihi 50km/jam, saya menempuh hampir 3 jam perjalanan. Ehh kok bisa lama banget? Soalnya sejak pagi awan mendung sudah menggelayut di langit. Baru keluar 1 kilometer dari rumah saja sudah disambut dengan hujan deras. Total kehujanan saat menempuh jalan dari Pati ke Lasem itu sampai 3 kali, belum termasuk yang kalau cuma gerimis saja ya diterabas saja deh.
Mari menelusuri tiga klenteng di Lasem |
Karena kehujanan pula ini, orang-orang pada melihat saya dengan tatapan aneh karena melihat saya cuma pake jaket parka dan ada jas hujan di bawah kemudi motor yang tergeletak. Kok gak dipakai jas hujannya?? demikian tanya beberapa orang. Saya cuma nyengir sambil bilang, Di dalam jas hujan itu ada kamera pak, bu, mas, mbak. hehehe.. Oalahhh pantesan!!!
Setelah sampai di Lasem, dengan bermodalkan googlemaps, saya pun mencari-cari tiga klenteng di Lasem untuk menelusuri salah satu wisata sejarah di Indonesia.
1. Klenteng Cu An Kiong
Ini klenteng pertama yang saya kunjungi. Letak klenteng Cu An Kiong berada 100 meter dari jalan raya Lasem-Rembang dan berada tepat di depan sungai Lasem. Klenteng ini berlokasi di Jalan Dasun desa Soditan, kecamatan Lasem.
Klenteng Cu An Kiong ini dianggap sebagai klenteng tertua di tanah Jawa meskipun belum ada catatan resminya. Penjaga klenteng menyebutkan klenteng ini sudah berusia lebih dari 300 tahun dan dibangun sekitar abad ke 16. Namun ia tidak tahu tahun persis tahun pembangunan klenteng ini.
Saat mengunjungi klenteng ini saya tertarik pada dua hal di areal klenteng ini. Yang pertama adalah Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa Melawan VOC pada tahun 1740 -1743 yang terletak di halaman sebelah kiri klenteng ini. Ada sekelumit cerita di monumen itu yang menunjukkan bagaimana warga Tionghoa ikut bersatu bersama penduduk pulau Jawa melawan VOC.
Hal kedua yang saya menarik perhatian saya adalah lukisan tinta di dinding bagian dalam klenteng ini. Ada puluhan lukisan khas negeri tirai bambu yang bercerita tentang Fengshen Yanyi yang merupakan kisah mitologi dewa-dewa Taois. Banyak tulisan-tulisan di setiap panel lukisannya namun saat bertanya kepada salah satu penjagaklenteng soal tulisan itu, ia hanya mengangat bahunya. "Aksara yang digunakan terlalu tua, mungkin hanya ahli bahasa tionghoa yang bisa menerjemahkannya. Yang pasti umur lukisan itu hampir sama dengan klenteng ini," ujarnya.
Tidak banyak cerita yang bisa saya dengar dari klenteng ini karena mereka sedang mempersiapkan perayaan imlek. "Acaranya malam ini jam 8 malam mbak. Datang ya. Biasanya ramai kok di sini karena sekalian ada kembang api pula setelah usai berdoa,"
Yahhh malam!! Saya tidak persiapan buat menginap di Lasem euy dan sendirian pula motoran. Terpaksa niat merayakan imlek di Lasem ditunda hingga tahun depan. Tahun depan pakai menginap lah di Lasem biar sekalian napak tilas sejarah di kota ini hingga mendalam deh. Lanjut ke klenteng berikutnya.
2. Klenteng Gie Yong Bio
Klenteng Gie Yong Bio terletak di Jalan Babagan no. 7, Tawangsari, kecamatan Lasem. Salah satu dari tiga klenteng di Lasem yang satu ini punya keistimewaan dibandingkan klenteng Cu An Kiong karena dibangun untuk menghormati tiga pahlawan Lasem saat melawan VOC yaitu Tan Kee Wie, Oey Ing Kiat dan Raden Panji Margono.
Ketiga pahlawan Lasem ini sudah menjalankan sumpah sebagai saudara angkat dan ikut berperang melawan VOC. Meski ketiganya gugur di tempat terpisah, nama ketiganya tetap dikenang sebagai pahlawan Lasem dan klenteng ini pun menjadi simbol kepahlawanan mereka.
Di klenteng ini saya juga masih tertarik dengan lukisan tinta hitam yang ada di dindingnya. Sayang sekali salah satu penjaganya juga tidak tahu menahu soal cerita lukisan itu. "Pengurus klenteng ini lagi di Cu An Kiong, mbak. Persiapan buat doa nanti malam," tutur perempuan jawa yang tinggal di sana.
Okelah, lanjut ke klenteng di Lasem yang berikutnya.
3. Klenteng Poo An Bio
Klenteng ini terletak di jalan Karangturi VII no 15. Klenteng Poo An Bio ini dibangun sekitar tahun 1740. Saat mengunjungi klenteng ini, hari sudah semakin sore. Secara area sekitarnya terlihat sepi namun pagarnya masih terbuka, saya pun memberanikan diri untuk masuk. Ada dua patung singa emas di kanan dan kiri gapuranya.
Namun sesampainya di halaman ada seorang pak tua yang sedang duduk di teras sampingnya. Saat meminta izin untuk masuk, beliau pun berkata "Maaf dari luar saja ya mbak, yang jaga lagi pergi ke Cu An Kiong buat persiapan upacara doa malam ini,"
Ya sudahlah. Saya pun menganggukkan kepala mendengar penjelasannya dan memotret beberapa bagian klenteng dari luar. Saya hanya menengok sejenak ke bagian dalam dari terasnya. Sama seperti klenteng lainnya, ada dupa dan altar disana. Sayang saya tidak bisa menggali cerita di klenteng ini.
Sekitar 10 menit kemudian, saya pun berpamitan dengan pak tua tersebut. Saat berjalan keluar dan mulai mengendarai motor, tanpa sadar mata saya tertuju pada bangunan tepat di samping klenteng Poo An Bio. Itu adalah Vihara Maha Karunia. Sayang karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul 4 sore, area sekitarnya pun sunyi senyap dan pintu gerbang terkunci. Saya hanya bisa memotret dari luar pagarnya.
Saat beranjak pergi saya juga melihat ada pesantren di dekat sana. Ahh saya tiba-tiba ingat. Lasem adalah kota yang menjadi simbol kerukunan beragama sejak jaman dulu melawan VOC. Di kota ini, semua agama hidup berdampingan karena pernah bersatu melawan penjajah di masa lalu.
Meski hanya sebentar di Lasem, menelusuri jejak sejarah dan budaya Tionghoa di kota ini tetap menarik meski saya masih belum mendapat cerita lengkapnya. Mungkin itu pertanda tahun depan mesti main ke Lasem lagi saat imlek di tiga klenteng di Lasem sekalian menelusuri heritage lainnya dari kota yang disebut sebagai 'Tiongkok Kecil' ini. (EKW)
1. Klenteng Cu An Kiong
Ini klenteng pertama yang saya kunjungi. Letak klenteng Cu An Kiong berada 100 meter dari jalan raya Lasem-Rembang dan berada tepat di depan sungai Lasem. Klenteng ini berlokasi di Jalan Dasun desa Soditan, kecamatan Lasem.
Klenteng Cu An Kiong, salah satu dari tiga klenteng di Lasem |
Saat mengunjungi klenteng ini saya tertarik pada dua hal di areal klenteng ini. Yang pertama adalah Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa Melawan VOC pada tahun 1740 -1743 yang terletak di halaman sebelah kiri klenteng ini. Ada sekelumit cerita di monumen itu yang menunjukkan bagaimana warga Tionghoa ikut bersatu bersama penduduk pulau Jawa melawan VOC.
Monumen perjuangan di depan klenteng Cu An Kiong Lasem, Jawa Tengah |
lukisan di klenteng Cu An Kiong Lasem, Jawa Tengah |
Yahhh malam!! Saya tidak persiapan buat menginap di Lasem euy dan sendirian pula motoran. Terpaksa niat merayakan imlek di Lasem ditunda hingga tahun depan. Tahun depan pakai menginap lah di Lasem biar sekalian napak tilas sejarah di kota ini hingga mendalam deh. Lanjut ke klenteng berikutnya.
2. Klenteng Gie Yong Bio
Klenteng Gie Yong Bio terletak di Jalan Babagan no. 7, Tawangsari, kecamatan Lasem. Salah satu dari tiga klenteng di Lasem yang satu ini punya keistimewaan dibandingkan klenteng Cu An Kiong karena dibangun untuk menghormati tiga pahlawan Lasem saat melawan VOC yaitu Tan Kee Wie, Oey Ing Kiat dan Raden Panji Margono.
Klenteng Gie Yong Bio, salah satu dari tiga klenteng di Lasem |
Suasana di dalam klenteng Gie Yong Bio, Ternyata klenteng ini juga punya lukisan itu yaa. Lasem, Jawa Tengah |
Di klenteng ini saya juga masih tertarik dengan lukisan tinta hitam yang ada di dindingnya. Sayang sekali salah satu penjaganya juga tidak tahu menahu soal cerita lukisan itu. "Pengurus klenteng ini lagi di Cu An Kiong, mbak. Persiapan buat doa nanti malam," tutur perempuan jawa yang tinggal di sana.
Okelah, lanjut ke klenteng di Lasem yang berikutnya.
3. Klenteng Poo An Bio
Klenteng ini terletak di jalan Karangturi VII no 15. Klenteng Poo An Bio ini dibangun sekitar tahun 1740. Saat mengunjungi klenteng ini, hari sudah semakin sore. Secara area sekitarnya terlihat sepi namun pagarnya masih terbuka, saya pun memberanikan diri untuk masuk. Ada dua patung singa emas di kanan dan kiri gapuranya.
Namun sesampainya di halaman ada seorang pak tua yang sedang duduk di teras sampingnya. Saat meminta izin untuk masuk, beliau pun berkata "Maaf dari luar saja ya mbak, yang jaga lagi pergi ke Cu An Kiong buat persiapan upacara doa malam ini,"
Klenteng Po An Bio, salah satu dari tiga klenteng di Lasem |
Klenteng Poo An Bio di Lasem, Jawa Tengah. |
ternyata ada lukisan ini juga di klenteng Poo An Bio Lasem, Jawa Tengah |
Sekitar 10 menit kemudian, saya pun berpamitan dengan pak tua tersebut. Saat berjalan keluar dan mulai mengendarai motor, tanpa sadar mata saya tertuju pada bangunan tepat di samping klenteng Poo An Bio. Itu adalah Vihara Maha Karunia. Sayang karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul 4 sore, area sekitarnya pun sunyi senyap dan pintu gerbang terkunci. Saya hanya bisa memotret dari luar pagarnya.
Saat beranjak pergi saya juga melihat ada pesantren di dekat sana. Ahh saya tiba-tiba ingat. Lasem adalah kota yang menjadi simbol kerukunan beragama sejak jaman dulu melawan VOC. Di kota ini, semua agama hidup berdampingan karena pernah bersatu melawan penjajah di masa lalu.
Meski hanya sebentar di Lasem, menelusuri jejak sejarah dan budaya Tionghoa di kota ini tetap menarik meski saya masih belum mendapat cerita lengkapnya. Mungkin itu pertanda tahun depan mesti main ke Lasem lagi saat imlek di tiga klenteng di Lasem sekalian menelusuri heritage lainnya dari kota yang disebut sebagai 'Tiongkok Kecil' ini. (EKW)
Kenapaaaa Klenteng-Klenteng ini tuh selalu terlihat menarik dan khas gitu ya :D
ReplyDeleteSukaaaaak.
Aesthetic sekali :D
Karena Klenteng selalu punya warna merah yang mencolok dan menarik perhatian sehingga terlihat menonjol dari lingkungan sekitarnya..
Deletejadi lebih estetis dehhh..
senang sekali setiap baca tulisan yg mengangkat kekayaan budaya & sejarah Indonesia seperti ini. Terima kasih atas sharingnya ya, semoga saya bisa ke Lasem suatu saat nanti
ReplyDeleteIyaa mas.. semoga suatu saat bisa mengunjungi Lasem yaa..
Deletesaya aja pengen main kesana lagi karena merasa masih kurang dalam menulis soal sejarah dan budaya di Lasem euy.
Jaraknya berdekatan gitu mbak ketiga kelenteng itu?
ReplyDeleteSebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, kurang dari 2 kilo sih. Mungkin yang agak jauh klenteng Poo An Bio, tapi gak sampai 5 kilo juga sih.
Delete3 pahlawan berbeda suku bangsa, tapi berjuang untuk tujuan yang sama. Melawan VOC. Keren nih jalan jalannya Kak Endah. Btw, membayangkan 3 jam perjalanan berasa jauh ya. Hujan pula. Dingin ngga mbak? #oot
ReplyDeleteHahaha.. Dingin banget mbak. wong sampai basah kuyup luar dalam euy..
Deletehahahaha..
Dengar kata Lasem yang ada dibenakku adalah batik kak. Ternyata ada juga ya klenteng yang bersejarah gini. Senang ya 3 jam perjalanan aja bisa menikmati keindahannya.
ReplyDeleteNahhh Batik Lasem justru belum sempat ku-ulik-ulik nih.. makanya pengen main kesana lagi khusus ngulik batiknya euy.
DeleteLasem ini aku seriiing bangt denger. Trnyata memang tempatnya banyak peniggalan budaya ya. Jadi ingin kesana kalau trip ke pesisir jawa.
ReplyDeleteiyaa.. Lasem kota kecil yang menarik di wilayah Pantura karena sejarah dan budayanya. Makanya seharian aja ngerasa gak cukup untuk jelajah Lasem euy.
DeleteKlenteng dengan ciri khas bentuk bangunan dan warna merahnya selalu membuat orang-orang tertarik untuk mengunjunginya.
ReplyDeleteiyaa.. ketika klenteng letaknya berada di tengah-tengah kota tua di Jawa, bangunannya pun menjadi mencolok banget deh. jadi lebih gampang untuk dicari.
Deleteaku suka berkungjung ke klenteng karena selau terpukau sama lilin-lilin raksasa yang ada disitu
ReplyDeleteitu memang salah satu ciri khas di klenteng yaa.. kadang mikir itu beli di mana ya secara di sekitarnya kan gak ada yang jual gituu
DeleteAduh jadi inget belum nulis cerita waktu ke Lasem! Tempat ini tuh menyenangkan banget ya, rasanya pingin balik lagi.
ReplyDeleteYukss mbak ditulis cerita soal lasemnya. Kuingin lihat tulisan tentang lasem lainnya jugaa.
DeleteBelum pernah sekalipun masuk ke dalam kelenteng. Jadi penasaran nih masuk ke bagian dalamnya.
ReplyDeletebisa masuk kok mbak, tapi tetap memperhatikan aturan atau arahan dari penjaga klentengnya yaa.. karena bagaimanapun juga ini kan tempat ibadah.
Delete