Pulau Dewata, Bali. Siapa yang tidak kenal dengan pulau yang satu ini yang hingga saat ini masih menjadi pulau tujuan wisata paling terkenal di Indonesia.
Selain terkenal dengan pantai dan pura-puranya yang eksotis, saya berkesempatan menengok satu tempat yang saya tidak sangka-sangka bisa berada di pulau ini, di dekat pantai pula.
Saat menyambangi daerah Kalianget, Buleleng, Bali Barat, untuk meliput salah satu UKM disana, tanpa sengaja mata saya tertuju ke rerimbunan semak di pintu belakang pabrik pengolahan furniture yang kala itu sedikit terbuka. Biasa, lihat yang hijau-hijau segar gitu mata saya langsung jadi hijau deh. Setelah meminta izin untuk melihat sekilas ke belakang pintu itu, saya terkejut saat mengetahui rerimbunan hijau itu adalah perkebunan anggur milik warga.
Yupp!! Perkebunan anggur, saudara-saudara!
FYI. Sebelum saya sampai di pabrik furniture ini, saya sempat mengambil gambar di pantai yang berjarak tidak sampai satu kilometer dari tempat tersebut. Pantai Kalianget ini masih satu garis pantai dengan Pantai Lovina di Singaraja, cuma beda kecamatan.
Lihat juga : (Foto) Selamat Pagi, Lovina
Bukannya tanaman anggur itu hanya bisa tumbuh di tempat dingin dan tinggi ya? Di sini daerah panas lho.. daerah pantai. Kebetulan seseorang datang dan menyebutkan bahwa itu adalah ladang anggur miliknya. Ternyata bapak itu juga ayah dari salah satu teman kerja saya di Jakarta. Aelahhh dunia kecil amat ya.. wkwkwkw..
Sedikit bercerita, kebun anggur ini di Buleleng sudah cukup lama, sekitar 10 tahun lebih. Beliau sendiri sudah membuka ladang anggur ini sejak 3 tahun silam dan hasilnya cukup lumayan. Namun saya lupa jenis anggur apa yang ditanam disini.
Tinggi kebun anggur ini mungkin di bawah 1,5 meter, tapi yang pasti di atas 1 meter. Soalnya dengan tinggi saya yang 155 cm, saya harus berjalan dengan sedikit menunduk saat berada di bawah rerimbunan kebun anggur ini.
Saya dan teman pun diizinkan mencicipi satu atau dua buah anggur yang terlihat sudah berganti warna dari hijau menjadi hitam atau ungu gelap. Sepertinya sudah matang. Pas dimakan, ternyata asam saudara-saudara!!!
Si bapak itu cuma ketawa dan bilang : "Anggur yang sudah berubah warna itu memang belum tentu manis. Nanti kalau semua anggur di satu bonggol itu berubah warna dan sama, baru ada sedikit rasa manisnya. Kalau baru satu dua biji yang berubah warna gitu mah memang pasti asem deh,"
Yahhh.. bilang dong pak dari tadi. Hadeuhh.. Tapi asem-asem gitu enak kali buat rujak atau asinan kali ya. #Ehhh..
Anggur-anggur ini biasanya dijual langsung ke pasar. Sepertinya belum ada pengolahan anggur untuk minuman di Bali ini, atau mungkin saya dan petani di sana yang belum tahu informasinya kali ya..
Yang pasti saya masih terpesona, kebun anggur kok bisa hidup dengan rimbun di wilayah pantai seperti ini ya. Ahhh jadi pengen main ke Buleleng lagi dahh.. Nanti saya mau seret teman saya yang orang Buleleng biar ikutan pulang kampung, jadi saya ada guide buat keliling kebun anggur lagi di sana. Sekalian mengunjungi tempat-tempat lain di Buleleng.
Kira-kira kalau ada wisata mengunjungi kebun anggur di Buleleng atau kebun anggur di Bali lainnya seru kali ya?? (EKW)
Selain terkenal dengan pantai dan pura-puranya yang eksotis, saya berkesempatan menengok satu tempat yang saya tidak sangka-sangka bisa berada di pulau ini, di dekat pantai pula.
Gapura kecamatan Kalianget, Buleleng, Bali. |
Yupp!! Perkebunan anggur, saudara-saudara!
FYI. Sebelum saya sampai di pabrik furniture ini, saya sempat mengambil gambar di pantai yang berjarak tidak sampai satu kilometer dari tempat tersebut. Pantai Kalianget ini masih satu garis pantai dengan Pantai Lovina di Singaraja, cuma beda kecamatan.
Lihat juga : (Foto) Selamat Pagi, Lovina
Bukannya tanaman anggur itu hanya bisa tumbuh di tempat dingin dan tinggi ya? Di sini daerah panas lho.. daerah pantai. Kebetulan seseorang datang dan menyebutkan bahwa itu adalah ladang anggur miliknya. Ternyata bapak itu juga ayah dari salah satu teman kerja saya di Jakarta. Aelahhh dunia kecil amat ya.. wkwkwkw..
Kebun anggur di Buleleng, Bali |
Tinggi kebun anggur ini mungkin di bawah 1,5 meter, tapi yang pasti di atas 1 meter. Soalnya dengan tinggi saya yang 155 cm, saya harus berjalan dengan sedikit menunduk saat berada di bawah rerimbunan kebun anggur ini.
Saya dan teman pun diizinkan mencicipi satu atau dua buah anggur yang terlihat sudah berganti warna dari hijau menjadi hitam atau ungu gelap. Sepertinya sudah matang. Pas dimakan, ternyata asam saudara-saudara!!!
anggur yang belum ranum/matang |
anggur-anggur mentah di kebun anggur di Buleleng, Bali |
Yahhh.. bilang dong pak dari tadi. Hadeuhh.. Tapi asem-asem gitu enak kali buat rujak atau asinan kali ya. #Ehhh..
Anggur-anggur ini biasanya dijual langsung ke pasar. Sepertinya belum ada pengolahan anggur untuk minuman di Bali ini, atau mungkin saya dan petani di sana yang belum tahu informasinya kali ya..
Yang pasti saya masih terpesona, kebun anggur kok bisa hidup dengan rimbun di wilayah pantai seperti ini ya. Ahhh jadi pengen main ke Buleleng lagi dahh.. Nanti saya mau seret teman saya yang orang Buleleng biar ikutan pulang kampung, jadi saya ada guide buat keliling kebun anggur lagi di sana. Sekalian mengunjungi tempat-tempat lain di Buleleng.
Dua orang yang girang banget ketemu kebun anggur di Buleleng, Bali |
Seruuu.. Aku juga mau petik-petik anggurnya.. Semoga ya, musibah corona ini segera berakhir dan kita bisa berpetualan mengunjungi kebesaran-kebesaran Allah, mengunjungi wisata-wisata lokal.
ReplyDeleteIya ya, kayaknya seru pas kesana pas panen anggur, bisa ikutan panen juga..
Deletesemoga Corona segera berlalu, secara kakiku sudah gatel pengen jalan2 juga euy. hehehehe. Amin!
Oh anggurnya dijual di supermarket ya?
ReplyDeleteRasanya emang asam, lebih asam dibanding anggur merah China
Tapi lumayan lah untuk juice 😊😊
Katanya sih begitu, tapi saya belum lacak sampai ke supermarketnya sih..
DeleteAnggur asam emang enak buat juice, rujak atau asinan gitu yaa..
Waah serunya bisa main di kebun anggur di Bali..slaah satu destinasi yang ingin ku kunjungi sejak lama tapi belum kesampaian nih...
ReplyDeleteSaya sudah beberapa kali ke Bali malah baru tau ada kebun anggur ini. Jadi senang banget bisa melihatnya. Semoga mbak Dani bisa main-main ke Bali juga ya..
DeleteWaaah saya kemarin ke Bali kok nggak kepikiran untuk ke kebun anggur. Tapi kita samaan ke kebun, bedanya saya ke kebun kopi. Hehehehe
ReplyDeletewahh saya malah belum pernah ke kebun kopi di Bali.. lain waktu ke sana hunting kebun kopi dan kebun-kebun lainnya ahh..
Deleteyg baru berubah warna 1-2 ternyata menipu yaa, ahaha.. kalau udh mateng semua uuuh surga...
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu
iyaaa.. dikerjain gitu sama yg punya ladang.. bahagia banget dia lihat muka kita nahan asamnya.. yasudlah.. sesekali bikin bahagia petani di desa.. hehehe..
DeleteWahhh saya baru tau banget nih kalau misal yang mateng cuma beberapa doang itu belum tentu manis, ternyata berpengaruh juga ya buat anggur lain disekitarnya.. wuehehe, kirain individu gitu :D
ReplyDeleteenggak mas. saya juga baru tau sih kalau seperti itu. Pengalaman dan pengetahuan baru deh jadinya.
DeleteBaru tau kalau di Bali ada kebun anggur haha. Bisa ternyata ya anggur tumbuh di Bali juga.
ReplyDeletesamaa.. udh berapa kali bolak-balik juga baru ngeh ada kebun anggur di bali. Jadinya pengen balik kesana lagi buat eksplore kebun anggur aja
DeleteAku kangen banget sama Bali euy.
ReplyDeleteRencana mau ke Bali pas nyepi. Eh corona :(
kuy lah kita ke Bali akhir tahun.. biar ada teman motoran di sana euy..
DeleteAku baru tahu ada Kebun Anggur ini. Tempatnya cakep juga. Serunyaaaa!
ReplyDeletesama mbak..saya juga baru tahu makanya senang banget jadi bisa foto-foto di sana.
DeleteWaw anggurnya seger-seger,....
ReplyDeletetapi belum bisa dimakan karena masih mentah euy..
Delete