Sejak pandemi covid-19 dimulai pada bulan Maret 2020 di Indonesia, penggunaan internet di tanah air pun naik drastis. Kebijakan untuk Work From Home (WFH) dan sekolah atau pembelajaran secara online pun dilakukan oleh hampir di semua bidang dan tempat.
Dengan makin masifnya penggunaan internet, semakin masif pula arus informasi yang masuk ke dalam perangkat gadget setiap orang. Hal ini bisa terlihat makin seringnya berbagi informasi di beberapa grup WA yang saya miliki.
Namun, tidak semua informasi saya terima begitu saja. Ada beberapa informasi yang saat saya terima, justru membuat saya mengeryitkan dahi karena informasinya yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Di lain waktu, ada juga informasi yang sepertinya terlihat kompeten karena berasal dari institusi tertentu, namun ternyata isi kontennya benar-benar palsu.
Akhirnya, saya pun mulai pilih-pilih dalam menerima informasi yang beredar, baik lewat jaringan private seperti WA ataupun yang lewat di timeline atau linimasa media sosial milik saya.
Dengan makin murah dan mudahnya orang mendapatkan perangkat gadget, penggunaan mobile internet di Indonesia pada saat ini pun semakin meningkat. Saat ini pengguna mobile internet di Indonesia berjumlah 171 juta dengan waktu penggunaan internet rata-rata mencapai hampir 5 jam perhari euy.
Dengan begitu, arus informasi online pun tentu saja jadi berlimpah ruah. Artinya, ada banyak orang Indonesia yang berkerumun di internet dan terpapar oleh beragam informasi.
Namun, kemudahaan akses informasi ini sayangnya tidak dibarengi dengan kemampuan penggunanya untuk jeli melihat dan mengecek fakta atau hoax yang diterimanya. Penetrasi internet yang tinggi ini tidak diimbangi dengan kemampuan bersikap kritis dan tanpa literasi yang memadai.
Menurut salah satu anggota tim Tempo Cek Fakta, Ika Ningtyas, literasi digital kita memang sedikit terlambat dan pemerintah juga belum bergerak cepat untuk mengedukasi soal itu. Padahal, orang Indonesia termasuk salah satu pengguna media sosial terbesar dan terbanyak di dunia dan rata-rata setiap orang memiliki setidaknya 6 akun media sosial.
Perjalanan penyebaran hoax di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak intenet hadir di tanah air. Namun, penggunaan informasi hoax ini mulai melonjak tajam sejak tahun 2014, saat dimulainya pemilihan presiden antara Jokowi dan Prabowo.
Ada beberapa penyebab mengapa seseorang sangat mudah termakan dengan hoax yang ia terima.
1. Terlalu mengagungkan atau membenci seseorang.
2. 'Kelompok seberang' yang dianggap tidak layak untuk dipercaya.
3. Sering muncul di timeline atau linimasa dianggap sebagai informasi yang 'benar'.
4. Adanya bias perasaan.
Hoax ini menjadi isu yang sangat serius karena bisa menjadi pemicu kebencian dan permusuhan. Itu sebabnya kita harus mampu membedakan antara misinformasi, disinformasi dan malinformasi.
Ada 7 macam jenis mis-disinformasi yang beredar di internet.
1. Satire atau parodi
2. Konten menyesatkan (misleading)
3. Konten aspal (asli tapi palsu)
4. Konten pabrikasi
5. Konten yang tidak nyambung antara judul, pembuka, isi dan ilustrasi gambar (foto dan video)
6. Konteksnya salah.
7. Konten manipulatif
Konten-konten hoax biasanya suka beredar di berbagai situs-situs abal-abal, dimana beberapa di antaranya bahkan meniru situs resminya. Jadi, bagaimana mendeteksi situs abal-abal tersebut apakah memberikan informasi fakta atau hoax?
Cara Mengecek Situs Abal-abal
- Cek Alamat Situsnya. Biasanya berita hoax suka beredar di situs-situs yang menggunakan domain gratis seperti blogspot atau wordpress.
- Cek Data Perusahaan Media di Dewan Pers. Jika perusahaan media itu resmi, maka akan terdaftar pada situs Dewan Pers
- Cek Data Visual. Beberapa situs hoax suka meniru situs asli yang resmi. Misalnya logo dan penggunaan font yang hampir sama.
- Waspada Iklan yang Terlalu Banyak. Situs yang memiliki banyak iklan biasanya pasti memiliki berita hoax clickbait, yang memancing orang untuk mengkliknya karena mereka mengejar iklan Adsense.
- Bandingkan Ciri Pakem Media Mainstream.
- Cek About Us. Situs resmi dan terpercaya pasti memiliki data lengkap perusahaan di halaman ini. Mulai dari nama perusahaan, alamat kantor, hingga nama para dewan redaksi yang bertanggung jawab.
- Waspada berita dengan judul sensasional. Berita hoax biasanya memiliki judul yang bombastis agar bisa menarik perhatian orang. Padahal, mungkin isinya jauh berbeda dari judulnya.
- Cek ke Situs Media Mainstream. Jika menerima berita yang tidak menyakinkan, segera cek berita tersebut di media-media mainstream yang sudah dikenal, seperti Tempo, Kompas, Detik, dan sejenisnya. Jika memang berita itu benar, pasti akan dimuat di media-media mainstream tersebut.
Selain mengecek situsnya, media foto adalah salah satu alat yang digunakan untuk menyebarkan hoax. Lalu bagaimana cara cek fakta atau hoax-kah foto yang beredar?
Cara Cek Keaslian Foto
- Cek Foto menggunakan tool Image Reverse Search. Tool ini ada pada beberapa media pencari seperti, Google, Yandex, dan Tineye dan bisa digunakan untuk mencari unggahan pertama dari foto tersebut pada sebuah website. Selain itu bisa juga menggunakan tool dari Bing.com milik Microsoft dan Baidu.
- Perhatikan tanda-tanda khusus yang ada pada foto tersebut. Misalnya nama gedung, nama jalan, plat nomor kendaraan, tugu, bentuk gedung, dan sejenisnya. Lakukan cek and ricek tanda-tanda khusus tersebut di mesin pencari untuk melihat dimana foto tersebut diambil.
Cara Cek Fakta Kesehatan, Hoax atau Tidak
Arus informasi yang berkaitan dengan covid-19 dan kesehatan lainnya pun juga menjadi semakin deras. Akibatnya, terjadilah yang disebut sebagai Infodemik, dimana arus informasi tersebut terlalu banyak termasuk informasi salah dan menyesatkan sehingga kita menjadi kesulitan untuk mencari sumber dan panduan yang dapat dipercaya.
Untuk itu, ada beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk bisa mengecek apakah informasi kesehatan itu hoax atau fakta. Sebagai contohnya, mungkin kalian pernah mendengar atau mendapatkan informasi mengenai makan bawang mentah bisa menyembuhkan covid. Padahal informasi itu jelas keliru.
Dengan rajin melakukan cek dan ricek pada fakta kesehatan yang kita terima, maka kita akan bisa terbiasa segera mengidentifikasi infomrasi kesehatan mana yang merupakan fakta, dan yang mana yang hoax.
Menurut Ika Ningtyas, saat ini masyarakat kita bisa dianggap sudah mulai cukup kritis. Beberapa institusi dan scientist juga mulai ikut turun tangan memverifikasi data dan informasi yang beredar sehingga mis/disinformasi bisa ditekan.
Kita juga bisa ikut membantu menekan hoax yang beredar dengan rajin mengecek fakta atau hoax yang beredar sehingga tidak semakin merajalela. Saat ini sudah ada beberapa media yang telah memiliki organisasi pemeriksa fakta seperti Tempo Cek Fakta, Liputan 6, AFP Factcheck, Reuters Factcheck dan bahkan Google pun memiliki Google Fact Check Tool. Jadi, lebih mudah untuk cek fakta atau hoax. Jadi, yukss jadi pengguna media sosial dan online yang cerdas.
Btw, coba share dong bagaimana cara kalian menangkal informasi hoax yang sampai atau lewat di depan mata kalian?? Biar kita bisa sama-sama belajar cara cek informasi itu fakta atau hoax. (EKW)
Cek fakta ini seru lho, kayak detektif
ReplyDeleteBenar banget.. ngutak-atik dan cari-cari info yang valid itu seru sekali ya kk..
DeleteSebagai content creator perlu lebih selektif mencari referensi atau sekadar share artikel di medsos. Banyak hoax bertebaran.
ReplyDeleteIkut workshop ini seru juga belajar detail dan ga mudah percaya akan suatu berita.
Betul banget mbak. Kita memang harus ikut jeli dan selektif sehingga tidak sampai jadi penyebar hoax juga.
DeleteWorkshopnya Tempo Cek Fakta ini memang berguna banget deh terutama buat kita para content creator.
makasih infonya, memang sekarang harus lebih hati2 ya
ReplyDeleteBenar banget mbak. semua informasi harus dicek lagi dengan lebih hati-hati..
DeleteIya nih hoaks semakin banyak saja berdebar apalagi di masa pantunnya seperti sekarang ini dimana internet berkembang semakin pesat. Terus yang bikin parah itu adalah hoax tentang covid, ada aja yg menyebarkan berita sesat
ReplyDeleteHoax memang bikin resah yaa.. siapapun yang punya gadget mudah sekali terpapar hoax ini kalau tingkat literasinya rendah.
DeleteApalagi soal covid ya.. ampun deh..
Workshop-nya super bermanfaat mbaaa
ReplyDeletekarena memang literasi masyarakat kita masih rendah ya
jadinya mudah terperangkap hoax.
Bermanfaat banget mbak, saya jadi banyak tambahan ilmu soal situs-situs yang layak dijadikan pedoman untuk cara cek fakta atau hoax deh..
Deletemenyedihkan ya hoaks ini, apalagi di WAG yang bikin suasana pandemi Covid-19 tambah parno
ReplyDeleteBiasanya saya bikin status di facebook untuk meluruskan daripada ribut di WAG :D
Informasi lewat WAG itu memang rentan banget tercemar hoax, soalnya pengawasannya minim karena lebih private sih.
DeletePenuh perjuangan deh pokoknya kalau meluruskan hoax di WAG ya...
Kalau saya biasanya ada kata-kata,viralkan, mohon dibagi, dll yang intinya ini info kok penekanannya pada kita harus share tulisan itu, saya langsung males nanggepin.
ReplyDeleteBenar banget tuh.. ada kata-kata itu justru jadi pertanyaan banget ya.
DeleteKalau di WAG itu yang sering share-share berita, foto atau video itu biasanya di grup keluarga besar dan RT hehehe. Kadang kalau pas lagi mood baik saya coba ingetin tapi kalo bad mood, saya skip aja daripada nanti malah ribut hehehehe
ReplyDeleteTapi memang jadi tanggung jawab kita bersama untuk memberantas hoax-hoax ini.
Susah memang pengawasan untuk informasi yang beredar di WAG. saya pun demikian kalau di beberapa WAG. kadang bisa diluruskan, kadang lebih ngegas yang nyebarin hoax jadinya cuma bisa didiiemin dan ngasih tau keluarga dekat aja deh.
DeleteBenar sekali, banyak sekali situs yang kontennya berisi ujaran2 kebencian, ada juga buzzerrp yg entah mereka mengiring opini masyarakat dg fakta atau justru hoaxs, ini sangat tidak sehat kalau dibaca oleh orang yg awam literasinya
ReplyDeleteIya kak. Makanya harus rajin cek and ricek fakta biar gak kemakan hoax yang disebarkan para buzzer yang tidak bertanggung jawab itu ya.
DeleteBetul banget kita harus bisa membedakan informasi fakta atau hoax biar makin sadar.
ReplyDeleteIya, biar tidak terus termakan hoax yang semakin merajalela
DeleteSayangnya database Tineye ini belum begitu lengkap ya. Aku iseng mengetesnya dengan upload salah satu fotoku yang pernah kuupload 5 tahun yang lalu di Instagram, tapi Tineye-nya tidak berhasil mendeteksi apakah itu foto pernah diupload atau tidak.
ReplyDeleteOh ya? saya belum ngecek lagi sih si Tineye ini.
DeleteMungkin besok kucoba upload foto lama yang dulu pernah kuupload di FB juga kali ya. Mari kita coba.
Terkadang saya sampai malas baca WA grup tertentu karena terlalu sering menyebar hoaks dan mirisnya banyak yang percaya ya padahal kebanyakan enggak memahami dari mana sumber postingannya
ReplyDeleteIya, beberapa WA grup memang suka jadi ajang nyebarin hoaks ini. Makanya harus banget difilter semua postingan yang masuk.
DeleteTerkadang saya sampai malas baca WA grup tertentu karena terlalu sering menyebar hoaks dan mirisnya banyak yang percaya ya padahal kebanyakan enggak memahami dari mana sumber postingannya
ReplyDeleteIya, saya juga begitu. Makanya jadi rajin clear chat beberapa wa grup biar gak nambahin hoax di mana-mana.
DeleteBanget-banget nih. Kadang informasi dianggap benar karena cukup sering wara-wiri dan jumlah yang terpapar sangat luas. Grup wasap dan facebook jadi tempat beranak-pinak hoax.
ReplyDeleteSering banget kalau ada berita langsung forward.
ReplyDeleteKaya gak perlu mikir bener atau salahnya, memfitnah orang atau tidak, dan lain-lain.
Semoga sebagai konten kreator, kita menjadi lebih jeli dan teliti sebelum sharing yaa..
Bagus banget ini edukasi literasi digitalnya.
Saya paling takut share berita, jadi sebelum share saya baca terlebih dahulu . Tapi Lebih baik share resep masakan sih.. lebih aman di sosmed.
ReplyDeletePenyebaran berita hoax memang bikin prihatin. Kalau saya mendapat kabar yang suspicious biasanya saya akan mencari alternatif tempat lain dengan Google, apa benar ada kejadian tersebut. Bisa dengan ditambah kata kunci "hoax ..."
ReplyDeleteHoax memang gak akan pernah bisa dihentikan, memang dari kitalah yang sebenarnya harus bisa memilih mana konten hoax atau bukan.. Bagus banget nih, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengecek apakah itu hoax atau bukan, izin share artikelnya ..
ReplyDelete