Setelah beberapa kejadian tak terduga saat traveling Part 1, kali ini saya akan menceritakan beberapa kejadian tak terduga lainnya saat traveling.
Celana Sobek di Labu Kubong, Malaysia
Saat berada di homestay Labu Kubong, Perak, Malaysia, saya dan beberapa teman blogger dari beberapa negara diajak untuk menanam padi di sawah lalu setelahnya bersenang-senang dengan cara bermain rugby di sawah yang berlumpur. Ya, kita akan mandi lumpur di Labu Kubong sambil bermain rugby dengan beberapa penduduk setempat, yang notabene adalah para petani di desa Labu Kubong.
Mandi lumpur di Labu Kubong, Malaysia. |
Berhubung saya sewaktu kecil sudah pernah main bola di lapangan berlumpur saat masih tinggal di Sorong, Papua Barat Daya, maka tentu saja kesempatan ini tidak akan saya lewatkan. Dengan penuh percaya diri saya pun ikut bermain selama lebih dari satu jam.
Setelah cukup lama bermain, akhirnya kami pun berhenti bermain sambil beristirahat di pinggir sawah sembari foto-foto. Setelah itu kami diajak main ke sungai untuk membersihkan diri dari lumpur-lumpur yang sudah menutupi hampir seluruh badan.
Saat membersihkan diri di sungai itulah, Astari tiba-tiba mencolek saya dan mengatakan "Kak, celana lo sobek tau, gede banget pula sobekannya." Saya auto melihat dan memegangi celana batik yang saya pakai.
Ternyata, celana saya sudah sobek mulai dari bagian selangkangan sampai ke lutut!! Untungnya setiap kali memakai celana panjang, saya punya kebiasaan selalu memakai celana pendek. Jadi meski ada tragedi celana sobek sepanjang itu, aurat saya tetap aman tertutupi.
Saya pun langsung minta balik ke homestay untuk ganti celana training. Saya tidak tahu sejak kapan celana saya sobek. Mungkin karena tadi badan saya penuh lumpur dari kaki hingga ke jilbab di kepala sehingga saya sama sekali tidak ngeh kalau ada sobekan sepanjang itu.
Lesson learned. Celana batik sangat oke untuk perjalanan jauh karena bahannya tipis dan adem, tapi gak bisa buat olahraga apalagi olahraga berat di medan berlumpur. Auto sobek, kapten!. Lain kali kalau mau main ke sawah pakai celana training saja ya yang bahannya lebih kuat.
Keracunan di Pantai Serasa, Brunei Darussalam
Karena mendadak ingin mengunjungi Pantai Serasa di daerah Muara, Brunei Darussalam pada April 2014, saya tidak punya persiapan bekal makanan ringan. Lagipula saya pikir di wilayah pantai pasti ada warung-warung kecil lah. Saat transit di daerah Pekan Muara, saya pun sempat membeli beberapa minuman dan kue yang mirip seperti kue pia gitu deh dan langsung memakannya.
Sekitar 30 menit kemudian bus pun sampai di areal pantai Serasa dan saya langsung berkeliling sembari menikmati pantai yang sepi itu. Setelah 30 menit berkeliaran di pantai Serasa, mendadak saya merasakan pusing, kunang-kunang, keringat dingin dan sakit perut. Secara sebelumnya sudah pernah mengalami gejala yang sama, saya tahu saat itu saya sedang mengalami gejala keracunan makanan.
Setelah diingat-ingat lagi, kue pia yang saya makan tadi rasanya memang sedikit aneh. Namun karena sedang berada di negara lain saya pikir memang rasa kue lokal seperti itu. Mana saya habisin 3/4 bungkus pula tuh kue. Hadeuhhh...
Pantai Serasa, Brunei Darussalam sebelum tepar di toilet |
Kebetulan ada warung yang menjual air mineral dan langsung beli 2 air 1,5 liter lalu segera masuk ke toilet untuk buang air besar. Setiap kali selesai buang air dan muntah-muntah, saya keluar toilet lalu meminum air sebanyak yang saya bisa. Lalu masuk lagi ke toilet buat buang air dan muntah-muntah lagi.
Setelah tiga kali bolak-balik keluar masuk toilet, akhirnya saya terduduk di depan wastafel toilet dengan badan lemas dan sepertinya saya sempat tertidur sekitar 20-30 menit. Setelah terbangun, saya pun melihat jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 sore waktu setempat. Saya sudah bikin janji saya sopir bus yang akan menjemput saya di depan pintu masuk sekitar pukul 05.00 sore. Setelah itu tidak akan ada bus lagi ke kota.
Dengan sisa-sisa tenaga saya pun berjalan menuju ke pintu masuk pantai. Saat datang, dari pintu masuk menuju ke dalam pantai berjarak sekitar 10 menit jalan kaki. Namun karena sedang lemas dan saya harus berhenti beberapa kali setiap melangkah beberapa meter, alhasil saya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Sugesti saya saat itu : Kalau mau pingsan nanti di dalam bus saja, ndah, biar bisa langsung di antar ke rumah sakit sama sopir dan kernet busnya.
Alhamdulillah saat sudah berada di dalam bus menuju ke kota Bandar Seri Begawan, tenaga saya mulai pulih sedikit demi sedikit. Mungkin terbantu karena saya minum air hampir 2 liter lebih. Sampai di hotel saya pun cuma berani makan roti, pisang dan apel untuk memulihkan tenaga. Untungnya gak sampai di rawat di rumah sakit, di Brunei mahal euy. Alhamdulillah ya.
'Bocor' di Bus Brunei - Kinabalu
Kejadian ini terjadi saat saya menaiki bus antar negara dari Bandar Sri Begawan, Brunei menuju ke Kota Kinabalu, Malaysia pada tahun 2014 saat melakukan Roadtrip Brunei - Malaysia. Tak dinyana, saat di perjalanan dengan bus itu ternyata saya mengalami 'bocor' alias datang bulan.
Saya mengetahuinya saat sedang berada di toilet check point imigrasi Sabah, Malaysia. Sialnya lagi, saya tidak bawa stok pembalut dan meski hari pertama, intesitas 'bocor' cukup banyak, jadi saya harus segera mencari stok pembalut.
Akhirnya hanya bisa berharap-harap cemas bus akan berhenti di suatu tempat untuk istirahat karena saat itu bus telah melewati 8 imigrasi check point dan sudah memasuki wilayah negara bagian Sabah, Malaysia. Seharusnya sih sebentar lagi waktunya istirahat. Namun bus terus melaju tanpa ada tanda-tanda akan berhenti.
Bus antar negara Brunei - Malaysia |
Setelah hampir 2 jam menunggu, saya pun berinisiatif bertanya sama supir bus kapan bus akan berhenti untuk beristirahat karena saya perlu ke toilet. Alhamdulillah, ternyata bus bisa berhenti sekitar 10 menit lagi di suatu tempat yang ada toiletnya. Soalnya kalau berhenti untuk makan siang ternyata masih sekitar 2 jam lagi. Namun, saya tidak tahu apakah tempat itu ada warung yang jualan pembalut atau tidak.
Saat sampai di tempat itu untuk istirahat selama 15 menit untuk ke toilet, alhamdulillah ternyata ada warungnya, semacam warung kelontong kecil yang ada di kampung-kampung gitu deh. Saya pun langsung menuju ke warungnya dan bertanya kepada pemilik warungnya
"Ada pembalut, ke?" tanya saya dengan sedikit logat melayu.
"Pembalut? Ada. Sekejap ye." ujar si ibu pemilik warung.
Beberapa saat kemudian dia pun muncul dan bertanya kembali, "Nak (mau) pembalut yg mana?" sembari menunjukkan dua barang.
Tahukah kalian barang apa yang dia pegang di kedua tangannya yang membuat saya tergagu selama beberapa saat?
Di tangan kiri dia pegang kain kasa, dan di tangan kanan dia memegang plester luka!!!
Saat itu saya bingung, antara mau nangis atau mau ketawa. Duhh, ternyata pembalut dalam bahasa Melayu Malaysia itu bukan seperti yang saya maksud.
Akhirnya saya berinisiatif melihat semua display di lemari kaca dan berharap ada pembalut yang saya inginkan. Alhamdulillah ternyata ada 2 merek pembalut dan langsung saya tunjuk mau benda itu.
Pas si ibu warungnya lanngsung berkata: "Ohh pad. Kamu nak (mau) pad itu ke?"
Saya pun mengangguk dengan kencang. Iyaaaa... itu pembalut yang kumaksud, kk!!! *menangis terharu* Langsung auto ngibrit ke kamar mandi deh.
Gara-gara kejadian itu, saat ini setiap kali saya traveling ke mana pun, saya pasti akan membawa stok pembalut meskipun baru saja datang bulan. Soalnya saya berpikir mungkin ada cewek-cewek lain yang bisa jadi mengalami 'bocor' juga di perjalanan seperti saya dan tidak membawa stok, sehingga mungkin bisa terbantu dengan stok yang saya bawa.
Ketinggalan Pesawat di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Kejadian ini terjadi saat saya berencana akan traveling ke kabupaten Bener Meriah, Aceh untuk ikutan suatu program volunteer di sana. Tapi tidak ada pesawat langsung ke kabupaten Bener Meriah. Jadi saya harus mengambil rute Jakarta - Medan, lalu lanjut dengan pesawat kecil menuju ke Bandara Rembele di kota Takengon, Bener Meriah.
Tiket pesawat Jakarta-Medan sudah pasti nyari yang promo lah. Soalnya tanggal keberangkatan saya kebetulan seminggu sebelum gajian jadi uang sakunya pas-pasan, kk. Alhamdulillah dapat dari maskapai hijau dengan harga 600ribuan. Sedangkan tiket pesawat ke Takengon dengan maskapai merah seharga 400ribuan. Langsung beli tiket PP untuk rute Medan-Takengon ini.
Untuk tiket balik ke Jakarta dari Medan memang saya belum beli karena niatnya ingin eksplore kota Medan dulu selama 2 sampai 3 hari. Soalnya saya belum pernah ke Medan euy, jadi ya sekalian aja gitu buat travelingnya. Lumayan nih dapat jatah cuti 5 hari dari kantor.
Secara kantor saya saat itu berada di kawasan Palmerah, Jakarta Barat sudah pasti akan lebih dekat ke Bandara Soekarno Hatta (Soetta) ketimbang dari kost saya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Jadi sudah barang tentu saya memilih berangkat ke bandara dari kantor. Karena jadwal penerbangan pukul 17.45, maka saya masih bisa kerja setengah hari hingga pukul 15.00. Jadi hari itu cuti saya belum berjalan. *budak korporat gak mau rugi jatah cuti*
Sekitar pukul 15.15 saya pun meninggalkan kantor menuju ke bandara dengan menggunakan taksi online. 2,5 jam lebih dari cukup dong waktunya.
Namun sayang seribu sayang, ternyata ada kemacetan di dalam tol menuju bandara. Ahh gak masalah lah. Paling sejam lebih dikit kan, atau paling lama 2 jam. Masih cukup lah waktunya buat sampai bandara, toh gak jauh ini jaraknya.
Ternyata perkiraan saya salah total! Saya terjebak kemacetan hingga hampir 3 jam!!! Saat itu rasanya saya mau nangis di dalam taksi. Waktu sudah menunjukkan pukul 17. 37 saat taksi online yang saya naiki merapat di terminal 2. Saya pun langsung berlari menuju ke gate tempat penerbangan saya berada.
Tapi, kalian sudah tahu lah ya seberapa panjang itu terminal 2 dengan segala security check pointnya. Saat tiba di depan gate, waktu sudah menunjukkan pukul 17.55. Pesawat yang akan saya tumpangi sudah bergerak keluar menuju ke landasan pacu. Saya pun hanya bisa menatap nanar pesawat hijau yang bergerak menjauh. Yahh, sukses ketinggalan pesawat, kawan-kawan. Akhirnya saya memilih masuk ke toilet lalu nangis sampai capek.
Sejak keadian ketinggalan pesawat ini, saya pun kini lebih hati-hati dalam menghitung waktu ke bandara. Mending tambah waktu sejam atau 2 jam lagi dari perkiraan waktu di jalan. Bahkan beberapa bulan setelahnya saat saya akan ke KL, saya datang 8 jam sebelum waktu keberangkatan. Padahal pesawat saya jam 7 pagi, tapi jam 11 malam saya sudah berada di bandara saking traumanya takut ketinggalan pesawat lagi. Mending nongkrong atau tidur di bandara deh daripada harus ketinggalan pesawat lagi. Wkwkwkwk.
Kalau kalian, punya kejadian tak terduga seperti apa saat sedang traveling? Share ya di kolom komentar. (EKW)
Hahahaha yg pad itu saya juga sempet salah pas pertama-tama tinggal di Penang. Mikirnya pembalut juga, ternyata mereka sebut menstrual pad. 😅. Terkadang beda bahasa Melayu dan Indonesia ini jauh bangt maknanya 😄
ReplyDeleteAku ga banyak ngalamin kejadian tak terduga. Yg paling berkesan ya pas di Clark phillipines, pesawat air asia reschedule jdwal tanpa ada KSH tahu samasekali. Aku udh cek email memang ga ada apapun notif. SMS juga ga dikirim.
Mending kalo reschedule Bbrp jam, ini 2 hari. Ya mana bisa, aku hrs masuk kerja lagj hesoknya.
Akhirnya terpksa beli tiket baru yg jauuuh LBH mahal Krn beli di waktu yg sama. Sejak itu aku ga mau lagi skip yg namanya travel insurance mba.
Tapi tepat hari ini, sebenarnya lagi dag dig dug parah juga. Aku dan temen2 mau ke azerbaizan, Belarus dan Georgia 3 January besok. Tapi evisa georgia ntah kenapa pas mau dibayar, semua jenis CC ditolak mba. Ga tau deh ini. Lagi email embassy, masih blm ada jawaban 😔. Krn kalo sampe ga bisa, mau ga mau kami hrs pikir rute lain.
Nahh iya kan, bahasa Melayu Malaysia tuh memang sekalinya jauh, jauh banget arti katanya dengan bahasa Melayu Indonesia. Tapi itu jadi bahan cerita yang menyenangkan buat diceritakan nantinya sih.
DeleteWahh gak enak banget itu ya di reschedule tapi gak ada notif. Memang seharusnya kita punya travel insurance nih supaya bisa mencegah hal-hal tidak mengenakan seperti reschedule mendadak gitu ya..
Semoga perjalanan ke Azebaijan, Belarus dan Georgianya lancar jaya yaa... sudah tak sabar menunggu ceritamu, mbak.
Yang keracunan aku pernah, efeknya diare parah. Pertama di Aceh kedua di Sekayu. Gak enak banget, sebab gak bisa jauh dari toilet dan aku teler parah. Kalau ketinggalan pesawat jangan sampe.
ReplyDeleteEh pas celana robek juga pernah, sama-sama di Aceh. Untungnya aku bawa sarung jadi ke mana-mana sarungan hahaha
Keracunan makanan memang gak enak banget, jadi teler dan lemas banget. Jangan sampai deh terulang lagi. Makanya sekarang kalau traveling harus tahan nafsu kalau lihat penjual makanan berjejer di sepanjang jalan euy. Hehehe..
DeleteSejak kejadian celana robek, sekarang saya selalu bawa kain pantai dan juga celana batik cadangan di tas buat jaga-jaga sih.. Siapa tau gitu kan robek lag pas lg di jalan. wkwkwkwk...
hha emang tidak terduga banget yaa bisa terjadi hal-hal seperti itu, tapi dari pengalaman yang pernah dirasakan diatas aku pernah yang nomor 3. Tapi jatohnya bukan terlambat sih sebenarnya, tapi lebih tepatnya salah gate. Harusnya bandara yang A di jakarta malah masuk ke bandara B, hadeh akhirnya gak kekejer deh karena jaraknya jauh harus naik mobil lagi, check in lagi, padahal waktu itu tiket pesawatnya gratis huwaaah dari menang lomba, tapi yasudahlah
ReplyDeleteWahh sayang sekali cuma karena salah lihat nama bandara. Apalagi tiket menang hadiah. Memang kalau mau terbang itu wajib banget dicek bolak-balik bandara mana dan gate berapa untuk memastikan tidak ketinggalan pesawat. Apalagi kalau destinasinya impian banget... duh jadi sedih deh..
DeleteAku jadi penasaran dengan pembalut versi Malaysia tuh apaa..
ReplyDeleteSeriussaan... bikin gengges banget yaa.. kalo mendadak mens tuh...
Tapi alhamdulillah, karena terbiasa travelling, jadi ga panik yang gimana gimana.
Dan selalu ada orang baik yang membantu yaa.. Paling gak, ngingetin pas celana sobek siih.. huhuhu..
Pembalut versi malaysia itu pembalut untuk mengobati luka..
Deletekalau untuk datang bulan mereka menyebutnya menstrual pad atau pad aja..
iya, beruntung selalu sedia stok celana dan punya beberapa travel mate yang baik.
Jadi kalo traveling emang wajib bawa obat termasuk pil hitam yg buat atasin keracunan ya?
ReplyDeleteLalu ada gak sih yg ngebully dan bilang jauh2 ke Malaysia malah cuma main lumpur.
Iya, bun. Saya memang selalu bawa obat-obatan, cuma saat itu memang tidak bawa pil buat mengatasi keracunan itu. Tapi alhamdulillah pertolongan pertama dengan minum air sebanyak-banyaknya sudah cukup membantu.
DeleteNgebully?? malah saya balas bullyannya dengan ngomong "situ sudah pernah main lumpur di negara orang belum? apa malah belum pernah ke negara orang?" *stay toxic, bestie!* hehehe..
Ya ampun mbak, pengalaman tidak terduganya hehe. Seru eh sedih banget yang ketinggalan pesawat. Dan itu bocor, untung ada yang jual pad, jadi bukan dikasih plester atau kassa ya hehe
ReplyDeleteketinggalan pesawat memang yang paling menyedihkan deh. Traumanya sampai sekarang. Padahal itu kejadian tahun 2016.
Delete