Hari itu, Sabtu, 30 Oktober 2021. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIT. Sore itu mendung tipis masih menggelayut di kota yang memiliki julukan Kota Rempah, Kota Ternate, Maluku Utara. Hari ini adalah hari terakhir saya di kota ini sebelum kembali ke tanah Jawa. Oleh sebab itu, sore ini saya akan habiskan untuk berjalan-jalan santai menyusuri jalanan kota ini.
Langkah kaki saya menapaki trotoar rapi di Jalan Merdeka. Sebuah tembok besar berdiri kokoh di pinggir jalan. Berjalan sejauh 500 meter kemudian, langkah kaki saya berbelok menuju sebuah area parkir yang cukup luas. Dalam beberapa langkah, saya pun memasuki area yang dikelilingi tembok besar dan tebal, tampak kusam dan berlumut di beberapa bagian, tanda usia yang sudah sangat tua.
Selain wisata alam seperti Pantai Sulamadaha, Kota Ternate memiliki wisata sejarah yang luar biasa. Area yang saya masuki adalah Fort Oranje atau Benteng Oranje. Sesuai dengan namanya, benteng ini merupakan salah satu benteng peninggalan Belanda. Benteng peninggalan Belanda lainnya yang pernah saya kunjungi adalah Benteng Van De Bosch atau Benteng Pendem di Ngawi, Jawa Timur dan Benteng Fort De Cock di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Fort Oranje adalah benteng yang sangat bersejarah dan berusia ratusan tahun. Benteng ini dibangun oleh bangsa Belanda pada tahun 1607 sebagai markas pertahanan dan pusat administrasi mereka di Maluku. Awalnya, lokasi benteng ini adalah tempat berdirinya benteng Portugis yang dikenal sebagai "São João Batista," tetapi kemudian diambil alih oleh Belanda.
Lokasi Fort Oranje Ternate
Benteng ini dibangun di dekat pelabuhan Ternate, sehingga memiliki akses strategis untuk perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh, yang menjadi komoditas utama pada masa itu.
Lokasi Fort Oranje Ternate tepatnya berada di Jalan Hasan Boesoeri, Kelurahan Gamalama, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Maluku Utara. Dulunya lokasi Fort Oranje Ternate dahulu berada di tepi pantai. Namun lokasinya kini menjadi berada di tengah kota karena adanya reklamasi di Kota Ternate.
Saat mengunjungi area benteng Fort Oranje, saya masuk melalui gerbang belakang di Jalan Merdeka. Sedangkan pintu atau gerbang masuk utamanya berada di Jalan Hasan Boesoeri.
Sejarah Fort Oranje Ternate
Kisah Benteng Oranje bermula dari kedatangan bangsa Eropa ke Ternate yang kala itu menjadi pusat rempah-rempah dunia. Para pendatang ini tidak sekadar berniat berdagang, tetapi juga mengincar kendali atas sumber daya alam yang melimpah. Demi memperkokoh pengaruh dan melindungi wilayah kekuasaan mereka, benteng-benteng mulai bermunculan, termasuk sebuah benteng yang didirikan oleh Portugis pada abad ke-16.
Awalnya, benteng ini dikenal dengan nama Benteng Melayu atau Malayo, sesuai dengan penghuni utamanya yang berasal dari kalangan Melayu. Namun, masa damai tidak berlangsung lama. Serangan dari bangsa Spanyol menghancurkan benteng ini dan meninggalkan puing-puingnya saja. Benteng ini pun terbengkalai selama beberapa tahun.
Sejarah mencatat sebuah momen penting ketika Sultan Ternate mengambil sebuah langkah strategis. Saat itu Ternate berada di bawah pemerintahan Sultan Mudaffar dari Kasultanan Ternate.
Setelah berhasil mengusir Spanyol dengan bantuan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Sultan Ternate lalu memberikan benteng yang rusak itu sebagai hadiah untuk VOC. Dengan begitu, benteng ini menjadi saksi bisu pergeseran kekuasaan dari Portugis, Spanyol dan Belanda, serta perjuangan Kasultanan Ternate mempertahankan kedaulatannya di tengah persaingan kolonial.
Tak hanya diberikan kendali atas benteng ini, VOC juga memperoleh hak monopoli atas perdagangan rempah-rempah, sebuah langkah strategis yang memperkuat posisi mereka di Ternate. Benteng yang awalnya rusak itu kembali berdiri megah pada tahun 1607 di bawah arahan Cornelis Matelief De Jonge, Gubernur Jenderal Belanda saat itu.
Dua tahun berselang, tepatnya pada 1609, benteng ini diberi nama baru oleh Francois Witlentt. Nama Fort Oranje diambil untuk menghormati Dinasti Oranje-Nassau, keluarga yang memiliki peran penting dalam sejarah kerajaan Belanda. Nama ini bertahan hingga kini dan menjadi penanda jejak kolonialisme di tanah Ternate, sekaligus simbol hubungan erat antara benteng ini dan kekuasaan Belanda di masa lalu.
foto udara benteng Fort Oranje Ternate (Pic by @OpanJacky) |
Bagian-Bagian Benteng Fort Oranje Ternate
Benteng ini memiliki gaya arsitektur khas Belanda, dengan dinding kokoh, sudut berbentuk bastion, dan area terbuka di tengahnya. Selain sebagai markas militer, benteng Fort Oranje Ternate juga menjadi pusat pemerintahan Belanda di kawasan Maluku selama abad ke-17 hingga 18.
Bagian-bagian yang ada di dalam benteng ini, antara lain:
Gerbang atau pintu masuk benteng
Pintu masuk ini terletak di dinding sisi timur dan menghadap ke laut. Hingga saat ini masih berfungsi sebagai jalan untuk keluar masuk ke benteng Fort Oranje.
Dinding dan Rampart
Rampart adalah bagian dari benteng yang biasanya berada di bagian atas benteng. Rampart berfungsi sebagai jalan untuk berpatroli mengelilingi area benteng. Sebagian dinding bagian dalam digunakan untuk dinding rumah.
Rampart pada Fort Oranje Ternate dengan latar belakang gunung Gamalama |
Pos Jaga
Pos jaga terletak di bagian dalam benteng, di sisi dinding bagian timur agak sedikit ke tenggara.
Bastion
Bastion adalah bentuk bangunan yang menjorok keluar dari dinding suatu benteng, bentuknya paling umum bersudut dan terletak di sudut-sudut benteng .Bastion terdapat di keempat sudut benteng Fort Oranje dan masih dapat diamati bentuknya.
meriam di bagian bastion benteng Fort Oranje Ternate |
Rumah Gubernur Jenderal dan Gubernur VOC
Terdapat di dalam benteng. Saat ini rumah tersebut telah dialih fungsikan menjadi Kantor Dinas Pariwisata Kota Ternate dan Museum Rempah. Sayangnya saya datang terlalu sore sehingga Museum Rempah telah ditutup.
Barak dan Gudang Senjata
Barak dan gudang senjata di dalam benteng ini terlihat cukup memperihatinkan karena sudah penuh lumut dan tumbuhan liar lainnya. Akibatnya area ini menjadi sulit untuk dijelajahi.
Prasasti
Di beberapa sisi benteng terdapat beberapa prasasti berbahasa Latin, 1 prasasti berbahasa Belanda, dan lambang VOC.
Meriam
Ada total 13 meriam di benteng Fort Oranje Ternate ini yang tersebar di beberapa tempat. Sebenarnya masih banyak meriam lainnya, namun beberapa di antaranya sudah hilang. Beberapa meriam yang masih ada berada di depan pintu gerbang benteng dan di area bastion.
Parit
Parit di sisi utara dan bagian depan benteng masih dalam keadaan utuh. Sedangkan di bagian lainnya telah ditanami tumbuhan.
Meriam dan parit di bagian depan benteng Fort Oranje Ternate |
Saat ini, Fort Oranje telah dipugar dan dijadikan salah satu destinasi wisata sejarah di Ternate. Taman di depan benteng pun dipercantik untuk kenyamanan para pengunjung. Area benteng juga sering digunakan untuk berbagai kegiatan budaya dan edukasi.
Sayangnya saat mengunjunginya, saya masih melihat beberapa coretan-coretan atau grafiti yang tentu saja membuat benteng ini menjadi terkesan kumuh dan memprihatinkan. Saya sangat berharap semoga revitalisasi benteng Fort Oranje Ternate ini bisa kembali dilakukan agar menjadi lebih tertata rapi dan bersih. Dengan begitu sejarah perjuangan di Ternate bisa terlihat dan terabadikan dengan jelas dan indah.
Masih banyak tempat wisata di Maluku Utara yang indah dan punya nilai sejarah. Makanya saya masih ingin kembali ke provinsi dengan pesona rempah-rempahnya yang telah mendunia ini. (EKW)
Tak terbayang dulu cara bangunnya dengan teknologi saat itu ya
ReplyDelete